NgeShare - Menggambar

Kalau Caca melihat pensil, pena atau spidol dan juga kertas, ia pasti akan menghampiri saya lalu berkata, “Om, gambar-gambar.” Mendengar permintaannya itu, saya pun mahfum kalau dia ingin mengajak saya bermain gambar menggambar. “Mau digambarin apa, nih?” tanya saya pada Caca.

“Gambar bebek”, ujarnya dengan sedikit terbata-bata khas anak-anak usia 2,5 tahunan. Dengan kemampuan menggambar yang sangat pas-pasan, saya berusaha untuk menuruti permintaannya itu. Yah, meskipun setiap kali selesai menggambar, saya merasa harus mengasihani diri melihat hasil gambar saya yang sangat jauh dari kata bagus. Tapi saya juga merasa senang ketika melihat respon Caca yang begitu ceria dengan hasil gambaran saya.

Setiap kali melihat Caca yang merasa puas dengan gambar buatan saya, saya jadi teringat dengan diri saya sendiri di waktu kecil. Seperti halnya Caca yang senang dibuatkan gambar hewan atau objek kesukaannya, di waktu kecil saya juga begitu. Apalagi waktu saya sedang gandrung-gandrungnya dengan kartun Dragon Ball Z yang dulu tayang setiap hari Minggu di Indosiar.

Saya pasti akan meminta Kakak pertama saya yang laki-laki untuk dibuatkan gambar salah satu tokoh favorit saya dari kartun Dragon Ball. Seingat saya, hal itu sering saya minta ke beliau. Apalagi ketika pertama kali melihat gambar buatannya yang begitu bagus. Dan saya rasa gambarannya sangat mirip dengan yang ada di kartun.

Kalau Kakak pertama saya lagi luang di rumah, pasti saya akan menghampirinya dan memintanya untuk menggambar karakter Goku pada selembar kertas yang saya bawa. Mulai dari Goku yang versi normal, versi super saiya 1, super saiya 2, hingga super saiya 3.

Saya selalu kagum dengan hasil gambar Kakak yang selalu bagus. Saking bagusnya, pernah dulu waktu saya ikut TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an), ada salah seorang senior yang sedang menggambar karakter favorit saya dari kartun Dragon Ball itu. “Gambarnya bagus, tapi masih lebih bagus gambarnya Masku, hehe...”, komentar saya setelah melihat gambar yang dibuat oleh senior saya itu. Terdengar jahat, ya? Hehe…, maaf, waktu itu saya belum bisa memfilter omongan. Maklum masih anak kecil.

Kalau diingat-ingat lagi momen waktu itu, rasanya lucu sekali. Sayangnya hasil gambaran Kakak tak pernah saya simpan. Setiap kali selesai dibuatkan gambar oleh beliau, hasilnya hilang entah ke mana. Ah, padahal kalau masih ada, setidaknya satu saja, barangkali bisa jadi kenang-kenangan di kemudian hari. Terlebih lagi bisa jadi bahan untuk diceritakan ke anak-anaknya beliau. Pasti akan seru, dan saya rasa anak-anaknya nanti akan melakukan hal yang sama seperti saya dulu, yaitu minta dibuatkan gambar karakter favoritnya, hehe…