NgeShare - Mampir ke Warung Bakul Tepo

NgeShare - Mampir ke Warung Bakul Tepo
Persiapan jalan-jalan.

Kemarin sore, mumpung cuacanya lagi nggak mendung seperti sore-sore sebelumnya, saya mengajak Caca jalan-jalan mengelilingi kota dengan mengendarai sepeda motor. Seperti biasa, biar Caca nggak jenuh di rumah jadi alasannya. Yah, sesekali jalan-jalan kan juga perlu. Eh, bentar-bentar, ini sebenarnya yang jenuh di rumah itu Caca atau saya, ya? Haha…

Sambil meniatkan diri untuk mampir ke lapak lontong pecel yang ada di salah satu sudut kota, saya dan Caca pun berangkat. Melalui beberapa jalan, hingga akhirnya sampai ke tujuan awal, yaitu lapak lontong pecel yang berlokasi di Dusun Cupo, Kabupaten Ngawi. Sayangnya, sampai di lokasi, lapak tersebut tutup. “Yah, nggak buka”, ujar saya dalam hati dengan perasaan kecewa.

NgeShare - Mampir ke Warung Bakul Tepo
Lokasi lapak penjual lontong pecel di Dusun Cupo.

“Mungkin lain kali baru bisa belinya, ya, Nduk”, ujar saya pada Caca. Berangkat dari lokasi lapak lontong pecel yang tutup, saya dan Caca kembali menyusuri jalanan kota. Sambil menyusurinya, saya jadi teringat dengan warung tepo yang dulu waktu saya masih kecil pernah diajak oleh almarhum bapak ke sana. Warung tepo itu namanya Tahu Tepo Bu Samud yang lokasinya ada di Jalan Sultan Agung atau dekat kantor Bank Mandiri Ngawi. Namun, sampai di sana ternyata warung teponya belum buka. “Ah, belum rejekinya lagi”, kecewa saya dalam hati.

NgeShare - Mampir ke Warung Bakul Tepo
Lokasi warung tahu tepo bu samud yang belum buka.

Beranjak dari warung Tahu Tepo Bu Samud yang belum buka, saya dan Caca melanjutkan perjalanan. Kali ini kami mencoba melalui jalanan desa, tepatnya jalan desa Watualang. Penasaran dengan suasana pedesaan di sore hari, membuat saya memutuskan untuk menuju ke sana. Sambil asyik melalui jalanan desa itu, saya jadi teringat dengan warung tepo yang dulu pernah direview oleh salah seorang kawan pada video reelsnya.

Pada video reels milik kawan saya itu, ia menceritakan perihal makanan tahu tepo yang sedang dicobanya. Dan tahu tepo yang sedang ia coba pada videonya itu berlokasi di Desa Watualang, tepatnya di Warung Bakul Tepo. “Ah, mumpung lagi di Watualang, nyoba mampir ke sana, ya”, ujar saya lagi dalam hati.

Hampir mendekati Pasar Krempyeng Watualang dari arah selatan, saya mulai melihat-lihat ke arah kanan jalan. Bermaksud untuk mencari warung tepo tersebut yang kalau dilihat di google maps, lokasinya sih ada di seberang pasar. Untungnya di depan warung tersebut terpasang banner nama warungnya, jadi saya dengan mudah bisa menemukannya.

NgeShare - Mampir ke Warung Bakul Tepo
Lokasi warung bakul tepo.

Sampai di sana, saya langsung memesan untuk dibungkus. Seperti biasa hanya pesan dua bungkus saja. Karena Caca belum doyan makan tepo, jadi satu bungkusnya lagi untuk ibunya. Di warung itu, Caca justru tertarik dengan kacang gorengnya. “Om, itu, itu..”, ucap Caca sambil menunjuk-nunjuk kacang goreng yang dijual di sana.

NgeShare - Mampir ke Warung Bakul Tepo
Kacang goreng yang tadi dipengeni Caca.

Usai pesanan saya jadi, saya bertanya kepada ibu penjualnya perihal harga yang harus saya bayar. “Berapa totalnya, Bu?” tanya saya.

“Enam belas ribu, Mas”, jawabnya.

“Kalau kacangnya ini harga satu bungkusnya berapa, Bu?” tanya saya sambil menunjuk sebungkus kacang goreng yang tertata rapi di wadah displaynya.

“Satunya seribu, Mas”, jawab ibu-ibu penjual tepo.

“Saya beli dua kacangnya, ya, Bu”, ujar saya.

“Iya, Mas. Totalnya jadi delapan belas ribu, ya, Mas”, sahutnya.

Selesai membayar, saya dan Caca melanjutkan perjalanan untuk pulang. Setelah tiba di rumah dan selesai mandi (karena waktu berangkat jalan-jalannya saya belum mandi, wkwkwk…), saya bergegas untuk mencoba tahu tepo yang tadi saya beli. Baru suapan pertama, ada rasa khas dari bumbunya yang membuat saya penasaran untuk kembali menyendoknya.

NgeShare - Mampir ke Warung Bakul Tepo
Penampakan tahu teponya, hehe...

Beberapa kali suapan, barulah saya mengerti kalau tahu tepo ini ternyata cocok juga buat saya (hehe…). Cocok di rasa dan tentunya cocok di harganya. Hanya dengan harga delapan ribu rupiah untuk satu porsinya, saya sudah bisa mencicipi tahu tepo yang rasanya nikmat ini. Apalagi dengan harga segitu, sudah plus telur. Siplah, ini sesuai sama reviewnya kawan saya tadi.

Oiya, sebenarnya selain jualan tahu tepo atau tepo kecap, di warung tepo tersebut juga menjual minuman tradisional yang bernama Cemue. Tapi waktu itu saya lagi belum kepengen nyoba minuman itu. Dan sayangnya juga waktu itu saya lupa belum menanyakan harga cemuenya. Yah, mungkin lain kali kalau ada waktu buat mampir ke sana lagi. Semoga bisa mampir ke sana lagi, ya. ^_^

NgeShare - Teknologi dan Inovasi dalam Sejarah Sepatu

Teknologi dan Inovasi dalam Sejarah Sepatu

Sepatu telah menjadi bagian penting dari kehidupan manusia sejak zaman kuno. Dalam perkembangannya, teknologi dan inovasi telah memainkan peran utama dalam mengubah desain, material, serta fungsi sepatu. Dari alas kaki sederhana yang digunakan manusia purba hingga sepatu pintar dengan sensor digital, evolusi ini mencerminkan kemajuan peradaban manusia. Artikel ini akan membahas bagaimana teknologi dan inovasi telah membentuk industri sepatu dari masa ke masa. Untuk informasi lebih lanjut tentang tren teknologi dalam berbagai aspek kehidupan, kamu bisa mengunjungi cinemaccess-france.


Perkembangan Awal Sepatu: Dari Kulit Hewan ke Teknik Anyaman

Jejak awal sepatu dapat ditelusuri hingga 40.000 tahun yang lalu, di mana manusia prasejarah menggunakan kulit hewan sebagai alas kaki. Pada zaman Mesir kuno, sandal yang terbuat dari papirus dan daun palem mulai populer. Di peradaban Romawi dan Yunani, sepatu dibuat dengan teknik menjahit dan diperkuat dengan sol kulit tebal.

Selama Abad Pertengahan, sepatu mulai berkembang dengan berbagai gaya dan desain yang mencerminkan status sosial pemakainya. Material seperti beludru, sutra, dan kulit yang diukir dengan pola rumit menjadi simbol kemewahan bagi kalangan bangsawan.


Revolusi Industri dan Perubahan Produksi Sepatu

Revolusi Industri di abad ke-18 dan ke-19 membawa perubahan besar dalam dunia sepatu. Mesin jahit ditemukan, memungkinkan produksi massal yang lebih cepat dan efisien. Salah satu inovasi penting pada era ini adalah pengenalan sepatu kiri dan kanan yang berbeda bentuknya, menggantikan model lama di mana kedua sepatu memiliki bentuk yang sama.

Selain itu, penggunaan karet vulkanisasi yang diperkenalkan oleh Charles Goodyear pada pertengahan abad ke-19 membawa revolusi dalam industri alas kaki. Teknologi ini memungkinkan produksi sol karet yang lebih fleksibel dan tahan lama, membuka jalan bagi lahirnya sepatu olahraga modern.


Era Modern: Sepatu Olahraga dan Teknologi Material

Pada abad ke-20, inovasi dalam material dan desain semakin berkembang. Sepatu olahraga menjadi salah satu segmen industri yang berkembang pesat, dengan merek-merek besar seperti Nike, Adidas, dan Puma berlomba-lomba menciptakan teknologi terbaru.

Beberapa inovasi signifikan dalam sepatu olahraga antara lain:
  • Air Cushioning System: Teknologi ini diperkenalkan oleh Nike dengan model "Air Max" yang menggunakan bantalan udara di sol untuk memberikan kenyamanan dan mengurangi cedera.
  • Boost Technology: Adidas mengembangkan teknologi ini dengan menggunakan bahan responsif yang mengembalikan energi ke kaki pemakai saat berlari atau berjalan.
  • Flyknit Upper: Inovasi dari Nike yang menggunakan teknologi rajutan untuk menciptakan sepatu ringan dan fleksibel tanpa perlu banyak jahitan.
Selain itu, teknologi waterproof dan breathable seperti Gore-Tex memungkinkan sepatu tetap kering di kondisi basah namun tetap memungkinkan sirkulasi udara yang baik.


Era Digital: Sepatu Pintar dan Inovasi Masa Depan

Memasuki abad ke-21, industri sepatu mulai mengadopsi teknologi digital. Sepatu pintar dengan sensor yang dapat melacak langkah, kalori, dan postur tubuh kini semakin populer. Beberapa inovasi terbaru yang menarik perhatian di industri sepatu adalah:
  • Self-Lacing Shoes: Nike memperkenalkan HyperAdapt dan Adapt BB, sepatu dengan tali otomatis yang menyesuaikan dengan kaki pemakainya secara digital.
  • 3D Printed Shoes: Teknologi cetak 3D memungkinkan produksi sepatu yang lebih presisi, ringan, dan ramah lingkungan karena mengurangi limbah bahan baku.
  • AI-Driven Design: Perusahaan mulai menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis pola gerakan dan kebutuhan individu guna menciptakan desain sepatu yang lebih personal.

Dampak Inovasi Sepatu terhadap Lingkungan

Seiring berkembangnya teknologi dalam industri sepatu, isu keberlanjutan menjadi perhatian utama. Banyak produsen kini beralih ke bahan daur ulang seperti plastik laut dan karet bekas untuk mengurangi dampak lingkungan. Beberapa merek juga mulai menerapkan teknologi bio-material seperti kulit vegan yang terbuat dari jamur atau tanaman lainnya.

Selain itu, model produksi berbasis ekonomi sirkular semakin populer, di mana sepatu dirancang agar mudah didaur ulang setelah masa pakainya berakhir. Hal ini membantu mengurangi limbah industri sepatu yang selama ini menjadi salah satu penyumbang polusi global.


Kesimpulan

Teknologi dan inovasi terus mendorong evolusi sepatu dari masa ke masa. Dari bahan kulit hewan di zaman prasejarah hingga sepatu pintar dengan sensor digital, setiap inovasi membawa perubahan besar dalam kenyamanan, fungsi, dan keberlanjutan. Di masa depan, dengan perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan dan material ramah lingkungan, industri sepatu akan terus berkembang dan menawarkan solusi yang lebih inovatif bagi para konsumennya.

NgeShare - Mainan Untuk Keponakan #2

“Dulu senang beli mainan buat diri sendiri, eh sekarang malah senang beli mainan buat keponakan,” ujar saya dalam hati saat melihat keponakan yang sedang asyik main sendiri dengan mainan barunya. Ya, mainan baru. Siang tadi ada seorang kurir datang ke rumah. Mengirim paket yang tiga hari lalu saya pesan.

“Siang mas, ini benar rumahnya xxx?” tanya kurir tersebut selesai saya membuka pintu rumah.

“Iya, betul, mas,” jawab saya.

“Ini paketnya mas,” ujar kurir tersebut sambil menyerahkan paket.

“Ah, iya, makasih, mas,” jawab saya.

Usai kurir pamit pergi dan saya akan menutup pintu, tiba-tiba dari belakang ada seorang bocil yang bertanya. "Apa itu?" tanyanya dengan raut wajah yang terlihat masih mengantuk. "Lho, adek sudah bangun?" sahut saya yang menyadari kalau keponakan saya, yaitu Caca baru bangun tidur siang.

"Ah, apa itu?" tanya Caca lagi penasaran.

"Isinya apa, ya? Sini-sini, kita buka paketnya yuk," ajak saya sambil menuju ke ruang keluarga.

Ibarat elektronik yang baterainya sudah terisi penuh 100%, Caca yang sebelumnya terlihat klemar klemer berubah jadi semangat lagi. Ia tak sabar ingin melihat isi paketnya. Saya yang juga tak sabar ingin melihat respon Caca ketika memainkan isi di dalam paket itu pun lekas-lekas membuka paketnya. Lucunya ketika baru terbuka bagian atas paketnya, Caca sudah menunjukkan kehebohannya karena merasa senang.

Rasa-rasanya saat itu, ia sudah bisa menebak kalau isi paket tersebut adalah mainan. “Woah…, bagusna bagusna,” ujarnya samar-samar. Ketika paket sudah terbuka seluruhnya dan tersisa kardus pembungkus mainan yang memperlihatkan model mainan itu, Caca request agar segera dibuka dus mainannya. “Om, buka…buka…,” pintanya.

Seperti halnya anak-anak kecil pada umumnya, Caca begitu antusias ketika mendapat mainan baru. Ya, meskipun pada awalnya sempat bingung perihal cara memainkan mainan itu. Tapi setelah saya beri contoh, ia malah asyik sendiri dengan mainan barunya itu. “Alhamdulillah ya nduk kalau kamu senang dengan mainan itu,” batin saya dalam hati.

Semenjak punya ponakan dan resmi menyandang panggilan ‘om’, saya jadi senang membelikan mainan untuk keponakan-keponakan saya. Walaupun sebenarnya itu bukan hal yang wajib untuk dilakukan sih. Tapi rasanya ada kepuasan tersendiri. Apalagi ketika melihat mereka yang sedang asyik memainkan mainan-mainan itu. Saya jadi ikut senang melihatnya.

Meskipun begitu, saya sadar kalau mainan itu tak bisa bertahan lama. Saya sadar kalau mainan itu tak akan selamanya membuat keponakan-keponakan saya bahagia. Saya juga sadar mungkin di kemudian hari keponakan-keponakan saya tak akan mengingat kenangan-kenangan kecil bersama saya. Apalagi di usia mereka yang masih dini. Tapi dari itu semua, saya merasa senang bisa meluangkan waktu bersama mereka dan membuat mereka tersenyum dengan tulusnya.

Ah, bisa membuat keponakan merasa senang saja bisa semenyenangkan ini. Apalagi kalau bisa menyenangkan anak sendiri, sudah pasti senangnya bukan main, ya? Yah, tapi belum waktunya buat saya. Mungkin suatu saat, tentunya kalau sudah ketemu calon ibunya, hehe...

NgeShare - Mainan Untuk Keponakan #2
Caca yang sedang sibuk memasak sambil browsing resep makanan, hehe...

NgeShare - Rujak Petis Bu Kom Ngawi

NgeShare - Rujak Petis Bu Kom Ngawi

"Kamu mau rujak petis nggak?", tanya kakak perempuan saya ke saya kemarin siang. Mendengar pertanyaan itu menjelang jam-jam makan siang, tentunya saya menjawab dengan jawaban yang mudah ditebak, yaitu 'iya, mau'. Setelah mendengar jawaban saya, kakak pun segera mengambil uang dan memberikannya ke saya sambil berpesan, "Beli dua bungkus, ya. Sambalnya dipisah aja."

Usai menerima uang untuk membeli makanan tradisional khas jawa timur itu dari kakak, saya pun bergegas untuk meluncur ke salah satu warung rujak petis yang ada di daerah saya tinggal, yaitu Kabupaten Ngawi. Dan warung rujak petis yang saya tuju itu bernama Warung Rujak Petis Bu Kom.

Setiap kali datang dan membeli rujak petis di warung ini, saya selalu teringat masa-masa pertama kalinya ketemu warungnya bu kom. Seingat saya dulu saya dan juga almarhum bapak punya keinginan untuk makan rujak petis. Maklum udah lama tidak mencicipi makanan tradisional yang terkenal dengan petis sebagai bahan utama bumbunya itu.

Dikarenakan warung rujak petis yang dulu pernah jadi langganan sudah lama tutup, saya mesti mencari alternatif warung rujak petis lain. Iseng-isenglah saya waktu itu nyari di GrabFood. Di GrabFood, saya ketemu satu warung rujak petis yang review dan ratingnya cukup bagus. Dan warung rujak petis itu adalah warungnya bu kom. “Jadi penasaran sama rasanya," ujar saya dalam hati waktu itu.

NgeShare - Rujak Petis Bu Kom Ngawi

Berbekal rasa penasaran dan keinginan untuk merasakan nikmatnya makan rujak petis lagi, membuat saya langsung sat set menuju lokasi warungnya. Barangkali kalau ada yang tanya alasannya saya waktu itu nggak pesan di Grab aja, saya akan menjawab, "lebih marem (puas) kalau beli langsung ke tempatnya, hehe..."

Usai mencicipi sendiri rujak petisnya bu kom, saya merasa puas. Selain karena bisa menikmati lagi makanan ini, juga karena tidak dikecewakan oleh rating maupun review yang ada di aplikasi. Memang sesuai rasanya (hehe…). Bukan hanya saya saja yang merasa puas dan mengganggap kalau rasa rujak petis ini cocok di lidah saya. Bahkan alm. bapak dan kakak perempuan saya juga merasa cocok.

NgeShare - Rujak Petis Bu Kom Ngawi

Nah, dari situ kalau saya, alm. bapak, dan juga kakak lagi kepengen makan rujak petis, pasti pilihan pertamanya ke situ dulu. Baru kalau warungnya bu kom tutup, kami baru mencari alternatif lain. Sepeninggal alm. bapak pun saya dan kakak sampai saat ini masih setia dengan rujaknya bu kom. Ya, walaupun kalau pas beli dan memakannya, kami berdua jadi selalu teringat masa-masa ketika lagi makan bareng alm. bapak.

Ah, iya, btw di warung rujak petisnya bu kom ada dua pilihan rujak petis. Ada rujak petis cingur harganya Rp18.000,00 dan rujak petis biasa alias tanpa cingur yang harganya Rp13.000,00. Di sini juga ada es dawet yang cocok sebagai pendamping makan rujak petisnya. Mungkin kalau kamu lagi di Ngawi antara jam 10 pagi sampai jam 3 sore, bisa mampir dulu ke sini untuk menikmati rujak petis dan es dawetnya, hehe...

NgeShare - Mampir ke Warung Tahu Tepo Legend di Ngawi

Kemarin sore (21/01/2025), saya baru saja mengajak Caca berkeliling kota mengendarai sepeda motor. "Biar Caca nggak jenuh di rumah," ujar saya pada ibunya (kakak perempuan saya) ketika akan mengajak Caca keluar. Sekitar jam setengah lima sore saya dan Caca berangkat.

Beberapa kali, kami berdua melalui persawahan yang terendam banjir. "Ah, iya, pasti ini karena hujan tadi malam," sadar saya dalam hati ketika melaluinya. Kemarin malam, hujan memang turun cukup deras dan lama sekali redanya. Alhasil sungai-sungai kecil meluap dan membanjiri sawah-sawah di sekitarnya. Untungnya, luapan air sungai tidak sampai menggenangi jalan. Semoga lekas surut, ya.

Usai melalui persawahan yang tergenang air sungai akibat hujan semalam, saya dan Caca menuju ke alun-alun kota. Sudah bisa ditebak kalau di sana pasti ramai orang berlalu lalang. Mulai dari yang sekadar berolahraga di sore hari, baik itu joging atau bersepeda, pedagang makanan yang sudah ready pada standnya di pinggir jalan, hingga orang-orang yang sedang dalam perjalanan pulang dari tempatnya bekerja.

Berlalu dari alun-alun kota, kami berdua melaju ke sebuah jalan di sebelah utara alun-alun. Tepatnya di jalan dr. Soetomo. Di sana, saya memutuskan untuk mampir sebentar di sebuah warung yang menjual makanan khas ngawi. Nama warungnya, yaitu Tahu Tepo Mbah Nem.


Sesuai namanya, warung ini menjual makanan khas Ngawi yang bernama Tahu Tepo atau dikenal juga dengan nama tahu kecap. Makanan tradisional yang isinya terdiri dari irisan lontong, tahu yang digoreng dengan telur, kol yang diiris tipis, toge, acar mentimun, dan kemudian diberi sambal kacang serta kuah yang khas. Makanan ini banyak dijumpai di daerah Ngawi dan sekitarnya.

Nah, waktu itu saya memutuskan mampir ke warung tahu tepo mbah nem, selain karena ingin menunaikan titipan dari Kakak untuk membeli makanan itu, saya juga berniat untuk sejenak nostalgia di sana. Ya, nostalgia waktu dulu almarhum bapak masih ada.

Dulu, setiap awal bulan setelah alm. bapak mengambil gaji pensiunnya, di siang harinya beliau pasti akan berkata seperti ini, “Nanti sore mau beli tepo nggak?” Setelah mendengar pertanyaan itu, tentunya tanpa pikir panjang saya mengiyakannya. Maklum, jarang-jarang bisa makan enak, hehe…

“Beli di tahu tepo mbah nem, ya. Kalau nggak buka, beli di tempat lain. Ini uangnya,” ujar alm. bapak sambil menyerahkan uang untuk membeli makanan itu.

Barangkali ada yang bertanya-tanya terkait kenapa alm. bapak memilih tahu tepo mbah nem sebagai pilihan pertama. Alasannya selain karena rasanya enak, juga porsinya yang mengenyangkan. Apalagi ada krupuk pendampingnya yang juga enak. Harganya pun masih terbilang ramah di kantong. Hanya Rp13.000,00 saja sudah bisa menikmati seporsi tahu tepo yang rasanya mantap dan mengenyangkan ini.

NgeShare - Mampir ke Warung Tahu Tepo Legend di Ngawi
Tampilan tahu tepo mbah nem yang siap saya santap, hehe...

Oiya, btw tahu tepo mbah nem ini sudah lama eksis di Ngawi lho. Pertama kali buka sekitar tahun 90an menjadikannya sebagai salah satu warung kuliner yang legend di Ngawi. Jadi, wajar kalau tahu teponya ini jadi salah satu kuliner rekomended buat pendatang di Kabupaten Ngawi. Saking rekomendednya udah banyak foodvlogger yang mereviewnya. Bahkan sekitar 6 tahun lalu, tahu tepo mbah nem pernah diliput stasiun televisi Trans7. Wah, keren.



Kembali lagi ke cerita perjalanan saya dan Caca yang sedang mampir di warung tepo mbah nem, saya di sana membeli 2 bungkus. Satu untuk saya, satu lagi untuk ibunya Caca. Kalau beli lebih dari itu, khawatirnya nanti nggak habis. Ya, maklum, satu porsinya menurut saya sudah sangat mengenyangkan.

NgeShare - Mampir ke Warung Tahu Tepo Legend di Ngawi
Pak Nano yang sedang menggoreng telur dan tahu untuk pesanan saya.

Selesai pesanan saya jadi dan membayar ke Pak Nano (penjualnya), saya dan Caca kembali mengendarai motor untuk pulang. Nah, itulah cerita singkat jalan-jalan saya kali ini bersama Caca. Besok-besok, lanjut jalan-jalan atau kulineran kemana lagi, ya? hehe…