NgeShare - Tips Lolos STAN: Siapkan TPA, TBI, dan SKD Bersama Bimbel Newtonsix

NgeShare - Tips Lolos STAN: Siapkan TPA, TBI, dan SKD Bersama Bimbel Newtonsix

Masuk ke Politeknik Keuangan Negara STAN (PKN STAN) adalah impian banyak siswa SMA/ sederajat. Selain kualitas pendidikan yang tinggi, STAN juga menjanjikan masa depan cerah karena lulusannya langsung ditempatkan di berbagai instansi strategis seperti Kementerian Keuangan, DJP, DJBC, dan sebagainya.

Namun, untuk bisa lolos STAN, kamu harus melewati proses seleksi yang sangat ketat. Setiap tahunnya, ratusan ribu pendaftar bersaing untuk memperebutkan kursi terbatas. Nah, bagaimana caranya agar kamu jadi salah satu yang lolos? Kuncinya ada pada persiapan matang dan strategi belajar yang tepat.


Pahami Tahapan Seleksi Masuk STAN

Seleksi masuk STAN terdiri dari tiga tahapan utama:

1 | TPA (Tes Potensi Akademik)
Menguji kemampuan logika, penalaran, numerik, dan pemahaman verbal. Soal-soalnya bersifat menjebak dan menguji kecermatan.

2 | TBI (Tes Bahasa Inggris)
Menilai kemampuan grammar, vocabulary, dan reading comprehension. Bahasa Inggris STAN memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dibanding soal umum sekolah.

3 | SKD (Seleksi Kompetensi Dasar)
Tes ini menggunakan sistem CAT (Computer Assisted Test) dengan tiga subtes:
  • TWK (Tes Wawasan Kebangsaan)
  • TIU (Tes Intelegensi Umum)
  • TKP (Tes Karakteristik Pribadi)
SKD digunakan untuk menilai kesiapanmu sebagai calon abdi negara.

Untuk itu, kamu butuh strategi belajar yang terstruktur, latihan soal yang konsisten, dan pendampingan dari mentor berpengalaman.


Tips Lolos STAN dari Newtonsix

Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:

Mulai Persiapan Sejak Awal
Waktu adalah aset. Semakin awal kamu mulai belajar, semakin banyak kesempatan menguasai materi.

Latihan Soal Sesuai Format STAN
Jangan hanya belajar materi, tapi latih juga strategi pengerjaan, manajemen waktu, dan memahami tipe soal.

Ikuti Tryout Berkala
Tryout rutin akan melatih mental dan mengukur sejauh mana persiapanmu. Kamu juga akan terbiasa dengan tekanan waktu seperti saat ujian sesungguhnya.

Perkuat Mental dan Fisik
Selain tes akademik, kamu juga akan menghadapi tes kesehatan dan kebugaran. Jadi, siapkan stamina fisik dan mental dari sekarang.


Kenapa Harus Newtonsix?

Bimbel Newtonsix adalah bimbel spesialis Kedinasan dan STAN. Bimbel ini telah membantu ratusan siswa lolos seleksi STAN dengan sistem belajar yang terbukti efektif.

✨ Keunggulan Newtonsix:
  • Pengajar berpengalaman dan spesialis STAN
  • Modul lengkap TPA, TBI, dan SKD
  • Sistem pembelajaran online dan offline
  • Tryout nasional dan grup mentoring eksklusif
  • Alumni tersebar di PKN STAN dan instansi kedinasan lainnya


🎓 Siap Wujudkan Mimpi Masuk STAN?

📌 Website: www.bimbelpknstan.com
📱 Kontak: 085770167080 (Admin Newtonsix)

Bersama Newtonsix, kamu tidak sekadar belajar — kamu dipersiapkan untuk menang.

NgeShare - Pergi ke Tempat Favorit Bapak

“Le, tolong jagain Caca dulu, ya. Bapak mau ke pasar Legi sebentar,” ujar almarhum Bapak pada suatu hari di dua tahun yang lalu. Ya, pasar Legi. Pasar yang hanya buka di hari Legi dalam penanggalan Jawa. Dan hampir di seluruh Jawa, khususnya daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, pasar ini pasti bisa dijumpai.

NgeShare - Pergi ke Tempat Favorit Bapak

Di daerah saya tinggal, yaitu Kabupaten Ngawi, pasar Legi berlokasi di sepanjang jalan depan Pasar Hewan Ngawi. Setiap kali buka, seperti pasar pada umumnya, pasar Legi di sini juga sangat ramai. Bisa dijumpai banyak pedagang yang berjualan di sini. Mulai dari pedagang makanan, tanaman, onderdil bekas, alat-alat pertanian, hingga barang elektronik bekas.

Semenjak alm. Bapak pensiun, pasar Legi menjadi tempat favoritnya untuk mencari barang-barang pendukung hobi yang sedang ditekuninya, yaitu berkebun dan berternak ayam. Kalau beliau ke pasar itu, dua barang yang selalu dibelinya adalah bibit tanaman dan bekatul untuk pakan ayam-ayamnya. Hampir setiap hari Legi, beliau akan berkunjung ke sana. Meskipun rajin ke pasar itu, tapi beliau tidak selalu membeli sesuatu, sesekali hanya sekadar cuci mata atau istilah kerennya itu “healing”.

NgeShare - Pergi ke Tempat Favorit Bapak

Sayangnya setiap kali alm. Bapak pergi ke pasar Legi, saya belum sempat ikut beliau ke sana. Dulu pernah ada niatan untuk ikut, tapi karena sesuatu dan lain hal akhirnya niatan itu belum bisa terlaksana. Setiap kali ada niatan untuk ikut alm. Bapak ke pasar Legi dan tidak jadi, saya selalu kepikiran, “Ah, lain kali saja ikutnya.”

Ternyata lain kali itu tak pernah datang lagi ketika alm. Bapak telah tiada. Dan ketika alm. Bapak tiada, kenangan-kenangan tentang beliau tentunya masih saya ingat jelas, termasuk beberapa kebiasaannya. Salah satunya ialah pergi ke pasar Legi. “Besok hari Legi, ya,” ucapan alm. Bapak yang selalu saya ingat ketika beliau melihat kalender.

NgeShare - Pergi ke Tempat Favorit Bapak

Sesekali ketika saya sedang merindukan beliau, saya akan mengunjungi beberapa tempat yang pernah beliau singgahi sewaktu masih hidup. Dan pasar Legi menjadi salah satu pilihan saya. Sesekali saya mengunjunginya sendiri. Tapi sering kali saya mengajak Caca ke sana, meskipun hanya sekadar lewat saja. “Ini dulu pasar yang selalu dikunjungi Mbah Kakung, Ca”, ujar saya pada Caca sambil melaju mengendarai sepeda motor.

Beberapa kali ke pasar ini, saya seringnya hanya lewat tanpa pernah membeli apa-apa. Namun, pagi tadi, untuk pertama kalinya saya membeli dua tanaman yang memang sedang saya cari. Tanaman rambutan dan juga alpukat. Dua tanaman yang membuat saya penasaran untuk bisa menanamnya.

Tiba di pasar ini, ternyata saya datang kepagian. Belum begitu banyak pedagang yang berjualan di sini. Bahkan mayoritas pedagang yang sudah datang baru mempersiapkan dagangannya. Padahal saya berangkat di rumah sekitar jam 7 pagi. Mungkin karena efek long weekend ya, jadi banyak pedagang yang baru datang agak siangan nanti.

NgeShare - Pergi ke Tempat Favorit Bapak

Untungnya di sana saya bisa menjumpai salah seorang pedagang yang menjual bibit tanaman. Dan alhamdulilah pedagang tersebut menjual dua tanaman yang sedang saya cari. Berbekal uang lima puluh ribu rupiah, saya bisa membawa pulang dua tanaman itu. Untuk tanaman rambutan dan alpukat yang tingginya sekitar 1 meteran ke atas ini masing-masing harganya dua puluh lima ribu rupiah. Lumayan terjangkau, bukan?

Setelah membeli dua tanaman itu, saya pun pulang dengan perasaan puas. Tentunya saya juga tak sabar untuk segera menanamnya di rumah. Berharap semoga dua tanaman ini bisa tumbuh lestari dan berbuah lebat, seperti halnya tanaman-tanaman yang telah ditanam oleh alm. Bapak sebelumnya. Ya, semoga, aamin…

NgeShare - Pergi ke Tempat Favorit Bapak

NgeShare - Bertemu dan Mengutip: Novel Laut Bercerita

NgeShare - Bertemu dan Mengutip: Novel Laut Bercerita
Bulan kemarin, sebelum saya mulai membaca novel Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya, saya masih membaca sebuah novel yang berjudul Laut Bercerita. Novel karya penulis Leila S. Chudori, yang saya rasa juga sangat menarik untuk dibaca.

Tokoh dan ceritanya memang fiksi, tapi latar ceritanya berdasar peristiwa kelam tahun 90-an yang pernah terjadi di negeri ini. Semoga peristiwa itu tak terulang kembali (aamin). Teruntuk kamu yang suka dengan novel bertemakan sejarah, saya rasa novel ini cocok sekali untuk kamu nikmati.

Btw, pertemuan saya dengan novel ini bermula ketika seorang kawan selesai membaca postingan saya yang berjudul NgeShare - Dibuat Menangis oleh Sebuah Novel. Setelahnya kawan saya berkata, “Coba kamu baca novelnya Leila S. Chudori yang judulnya Laut Bercerita. Pasti bikin kamu nangis juga.”

Usai mendengar kata-kata kawan saya tadi, saya jadi penasaran dengan novel tersebut. “Apa benar novel itu bisa membuat saya menangis? Memangnya isi ceritanya seperti apa, sih?” batin saya dalam hati.

Tak mau larut dalam rasa penasaran, saya menyempatkan terlebih dahulu untuk membaca resensi novelnya. Tak sulit untuk menemukan resensinya yang telah banyak bertebaran di dunia maya. “Wah, novelnya pasti keren, nih”, pikir saya setelah menjumpai banyaknya resensi maupun sinopsis terkait novel ini di internet.

Setelah selesai membaca salah satu resensinya, saya memutuskan untuk meminang novel tersebut. Tentunya melalui toko onlen karena di daerah saya tinggal belum ada toko buku yang menjual novel itu. Sekitar tiga hari setelah cek out, novel itu tiba dengan baik di rumah. Namun, setelah sampai di rumah, seperti halnya buku-buku yang pernah saya pesan sebelumnya, novel itu tidak langsung saya baca. Sejenak ia tersimpan di pojok lemari bersama beberapa buku yang telah masuk ke daftar tbr (to be read) saya, hehe…

Baru bulan kemarin akhirnya saya membacanya. Ketika membaca novel itu, apakah saya menangis? Sayangnya hal itu tidak terjadi. Meskipun begitu, saya tetap merasa sedih waktu membacanya. Mengenai perjuangan Laut bersama kawan-kawannya. Perihal keluarga, kekasih, dan kawan-kawan yang merindukannya. Dan tentang bagaimana nasib Laut beserta 13 kawan perjuangannya yang telah hilang.

Ah, iya, saat membaca novel ini saya begitu menikmati alur ceritanya. Saking menikmatinya, sampai-sampai saya melewatkan beberapa kutipan menarik yang tersimpan di novel ini. Merasa sayang kalau kutipan-kutipan tersebut terlewat tanpa dicatat, saya akhirnya membuka kembali novel itu hari ini. Dan seharian penuh, saya mencoba menemukan lagi kutipan-kutipan yang saya rasa menarik.

Ada sebelas kutipan yang saya catat. Memang tak begitu banyak. Tapi saya rasa sebelas kutipan ini yang begitu bermakna bagi saya. Penasaran sebelas kutipannya itu apa saja? Di bawah ini ya kutipan-kutipannya:
  • “Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.” - hlm. 30.
  • “Kau tak akan bisa memperolehnya dengan bersembunyi. Kau harus menghampirinya dan menggenggam tangannya tanpa pernah melepasnya lagi.” - hlm. 43.
  • “Kebenaran ada di tangan mereka yang memihak rakyat.” - hlm. 171.
  • “Kita harus mengguncang masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan, Laut.” - hlm. 182.
  • “Carilah kata-kata yang tidak terungkap di dalam cerita pendekku.” - hlm. 226.
  • “Peristiwa yang tak nyaman atau menyakitkan tidak perlu dihapus, tetapi harus diatasi.” - hlm. 313.
  • “Dari alam mana pun kau berada, berilah tanda, kode morse atau pesan apa pun agar aku tahu kau tenang dan bahagia.” - hlm. 352.
  • “Jika jawaban yang kalian cari tak kunjung datang, jangan menganggap bahwa hidup adalah serangkaian kekalahan.” - hlm. 366.
  • “Jangan terjebak pada kenangan yang membuat kalian semua tak bisa meneruskan hidup.” - hlm. 366.
  • “Kita harus selalu mencoba berbuat sesuatu, menyalakan sesuatu, sekecil apa pun dalam kegelapan di negeri ini.” - hlm. 35.
  • “Setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut.” hlm. 183.

Saya rasa itulah kutipan-kutipan yang menarik dari novel Laut Bercerita. Dan sekiranya itu juga cerita singkat perihal pertemuan saya dengan novel tersebut. Terima kasih ya sudah berkenan membaca cerita saya hari ini. Jumpa lagi di cerita pertemuan dan mengutip selanjutnya.

NgeShare - Bertemu dan Mengutip: Novel Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya

NgeShare - Bertemu dan Mengutip: Novel Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya
Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya, sebuah novel yang baru saja menemani saya dalam proses melalui duka. Novel yang setelah selesai membacanya tadi siang yang seakan-akan ingin mengingatkan saya perihal pertemuan dan juga perpisahan. Novel yang saya rasa juga sangat nyaman untuk diselesaikan di waktu-waktu merasa kesepian.

Seperti halnya beberapa buku dan juga novel yang telah saya baca sebelumnya, novel ini menarik rasa penasaran saya ketika menjumpai ulasannya di sosial media. Ah, iya, lagi-lagi menjumpainya di sana. Di ulasan singkat itu menampilkan potongan kutipan yang ada di dalam novelnya.

“Ibu dan Bapak sudah semakin tua, Nak, kalau kami meninggal sebelum kamu menikah gimana?” Sebuah kutipan dari novel tersebut yang kemudian mengingatkan saya pada pesan yang pernah diucap oleh almarhum Bapak. “Le, semoga lekas ketemu jodohnya, ya. Mumpung bapak juga masih sehat”, ujar alm. Bapak waktu itu yang saya ingat beliau mengatakannya selesai saya sungkem padanya di lebaran dua tahun yang lalu.

Berangkat dari kutipan itu, akhirnya membangkitkan keinginan saya untuk membacanya. Keinginan itu akhirnya bisa terlaksana selesai saya men-cek out novelnya dari salah satu toko online. Oiya, sebenarnya novel ini sudah lama tibanya. Tapi baru sempat saya baca dua minggu yang lalu. Maklum waktu itu masih ada buku lain yang sedang saya baca, hehe…

Saya sangat menikmati ketika membaca kisah yang tersaji pada novel kolaborasi dari penulis Erina Delyere dan Skysphire ini. Menikmati kisah tentang Tama yang mengabadikan cintanya yang telah pergi. Tentang Arumi yang sedang berjuang menjalani hari-harinya yang terasa sepi. Tentang Hagi yang menyimpan ketulusan cintanya sendiri. Dan tentang Ranna yang berjuang untuk menemukan kebahagiaannya lagi.

Saking menikmatinya, saya sampai menyempatkan diri untuk menuliskan beberapa kutipan dari novel tersebut yang menurut saya menarik. Ya, menulis kutipan. Kegiatan baru yang saya rasa membuat kegiatan membaca semakin seru. “Mubazir rasanya kalau tidak mencatat kutipan-kutipannya”, ujar saya dalam hati ketika akan memulai kegiatan menulis kutipan waktu itu.

Meskipun terbilang cukup lama, dalam waktu dua minggu akhirnya saya rampung membaca novel ini. Dari novel itu, saya menjumpai beberapa kutipan menarik yang saya rasa bisa diteruskan menjadi hal baik. Berikut ini kutipan-kutipannya:
  • “Ada yang menetap untuk menjalani takdir bersama, ada pula yang singgah memberi kenangan sementara waktu saja.” – hlm. 18.
  • “Kebahagiaan tidak bisa diukur sesuai fase kehidupan yang sama.” – hlm. 24.
  • “Jadi, terus hidup, Rum, meskipun tujuannya untuk hal-hal kecil.” – hlm. 38.
  • “Hidup tetap berjalan meskipun rasanya ingin mati, malam akan berganti menjadi pagi dengan sendirinya, sebesar apa pun kita ingin menghentikan waktu.” – hlm. 206.
  • “Pilihannya perjuangkan atau lepaskan. Jangan hidup di tengah keabu-abuan seperti ini.” – hlm. 216
  • “Tuhan tidak mengambil sesuatu darimu tanpa sebab dan Tuhan juga tidak menghadirkan seseorang di hadapanmu tanpa sebab.” – hlm. 217.
  • “Mereka, yang pergi, pasti ingin kita kembali bahagia dan melanjutkan hidup tanpa mereka.” – hlm. 223.

Saya rasa itulah kutipan-kutipan menariknya dan cerita singkat saya ketika bertemu dengan novel ini. Maaf, ya, kalau postingan ini tidak memuat resensi atau ulasan panjang untuk novelnya. Seperti yang pernah saya tuliskan di postingan NgeShare – Melalui Duka dengan Membaca Buku, saya tak mahir dalam membuat dua karya itu. Selain itu, saya rasa sudah banyak artikel resensi atau review yang menarik terkait novel ini.

Jadi, di sini saya hanya sekadar cerita sedikit pengalaman saya bersama novel ini (hehe…). Btw, kalau kamu tertarik juga untuk membaca novel ini, novelnya bisa kamu pinang di sini. Semoga bermanfaat dan juga bisa menghibur kamu, ya. 😊

NgeShare - Koranpagi.id: Wajah Baru Membaca Berita di Era Digital

NgeShare - Koranpagi.id: Wajah Baru Membaca Berita di Era Digital

Dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, informasi adalah kebutuhan utama. Kalau dulu kita mengandalkan koran cetak yang datang pagi-pagi lewat loper langganan, sekarang semuanya berubah. Dengan sentuhan jari, kita bisa mengakses berbagai kabar terbaru dari ponsel. Salah satu portal berita online yang belakangan ini mulai mencuri perhatian adalah https://koranpagi.id/.


Dari Tradisi ke Transformasi Digital

Nama koran pagi tentu mengingatkan kita pada tradisi membaca berita di pagi hari, saat kopi baru diseduh dan aktivitas belum dimulai. Koranpagi.id membawa semangat yang sama, tapi dalam kemasan digital yang lebih segar dan relevan dengan gaya hidup saat ini.

Portal ini hadir sebagai alternatif modern bagi masyarakat yang haus informasi, tapi tidak lagi punya waktu untuk membuka lembaran koran fisik. Dengan tampilan yang user-friendly dan isi yang up-to-date, koranpagi.id mencoba mengembalikan kebiasaan "membaca di pagi hari", tapi dengan pendekatan digital yang lebih praktis.


Cepat, Padat, dan Tetap Berimbang

Salah satu kekuatan utama portal berita online adalah kecepatan. Koranpagi.id menyajikan berita yang aktual, mulai dari isu nasional, ekonomi, politik, hingga gaya hidup dan hiburan. Tapi yang menarik, mereka tetap menjaga kualitas informasi—bukan asal cepat, tapi juga berimbang dan terpercaya.

Artikel-artikelnya ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, tanpa mengorbankan kedalaman isi. Buat pembaca muda atau siapa pun yang tidak ingin membaca berita terlalu "berat", portal ini jadi pilihan yang pas.


Menjembatani Generasi Lama dan Baru

Koranpagi.id juga punya nilai lebih: ia membawa "jiwa" koran cetak ke dalam dunia digital. Ini membuatnya terasa akrab bagi generasi yang tumbuh bersama koran, namun tetap menarik untuk generasi muda yang lebih akrab dengan layar sentuh ketimbang lembaran kertas.

Fitur seperti rubrik opini, kolom tokoh, dan berita daerah membuat pembaca merasa dekat dengan apa yang terjadi di sekeliling mereka. Kesan lokal yang diangkat tetap kuat, tanpa kehilangan cita rasa nasional.


Lebih dari Sekadar Portal Berita

Koranpagi.id bukan hanya soal menyampaikan informasi, tapi juga membangun ruang diskusi. Beberapa artikelnya memancing refleksi dan pembahasan, terutama di kolom opini dan fitur-fitur spesial. Ini penting di tengah arus berita cepat, karena membuat pembaca tidak hanya tahu, tapi juga berpikir.


Penutup: Saatnya #BacaPagiCaraBaru

Kehadiran koranpagi.id menjadi angin segar di tengah persaingan portal berita online. Ia menggabungkan tradisi lama dengan teknologi modern, menyuguhkan berita dengan gaya yang cepat namun tetap cermat.

Bagi kamu yang ingin tetap update tanpa harus mengorbankan waktu, atau rindu suasana membaca berita pagi dengan suasana yang lebih personal, koranpagi.id layak jadi andalan. Karena di era digital ini, pagi hari tetap pantas ditemani berita—hanya saja, kini lewat layar.