Pagi ini, seusai jogging sebentar di alun-alun, pulangnya saya mampir dulu ke sebuah lapak pedagang yang ada di depan Stadion Ketonggo Kabupaten Ngawi. Lapak yang sebenarnya sudah sering dikunjungi oleh kakak perempuan saya alias ibunya Caca. Lapak itu menjual makanan polo pendem kukusan. Yaps, polo pendem, istilah dalam bahasa Jawa untuk berbagai hasil pertanian yang terpendam, seperti ubi, singkong, talas, kacang tanah, dan lain-lain.
Keputusan saya untuk mampir ke sana, selain karena mengingat keinginan kakak yang kemarin sore ingin sarapan dengan makanan tradisional itu, juga karena saya penasaran terkait di mana tepatnya dan bagaimana lapaknya. Maklum, saya sama sekali belum pernah ke sana. Apalagi membeli makanannya secara langsung di sana.
Yah, daripada penasaran, mending nyoba beli sendiri ke sana. Dan kayaknya enak juga kalau sehabis jogging nyarapnya pakai makanan kukusan tradisional, hehe…
Mengingat info dari kakak yang katanya lapak penjualnya ada di depan Stadion Ketonggo, saya meluncur ke sana dari alun-alun dengan mengendarai motor. Sampai di kawasan stadion, saya lalu mengamati sepanjang jalan di depannya dengan harapan semoga ketemu lapaknya dan masih buka. Ibarat seperti berjodoh, saya akhirnya bisa menjumpainya yang ternyata lokasi lapaknya ada di sebelah utara stadion atau sebelum kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Ngawi.
“Jagungnya masih ada, Bu?” tanya saya ke penjualnya usai memarkirkan motor di dekat lapaknya.
“Masih banyak ini, Mas,” jawabnya sambil menunjukkan beberapa jagung kukus dari panci kukusannya.
“Alhamdulillah, jagungnya beli dua ya, Bu. Sama ubi madu dan singkongnya masing-masing juga dua,” pinta saya ke ibu penjualnya.
“Oke, Mas,” sahutnya dengan ramah.
Dengan beli langsung sendiri ke sana, saya baru tahu kalau ternyata nama lapaknya, yaitu Polo Pendem Kukus by Wina Food. Hal itu saya sadari ketika membaca tulisan yang ada di bannernya. Dan bahkan ternyata bisa menerima pesanan juga, hehe…
“Totalnya dua belas ribu, Mas. Ini saya kasih bonus singkong kukusnya, ya, Mas,” ujar ibu-ibu penjualnya setelah saya bertanya total harga yang harus saya bayar untuk dua jagung, dua ubi madu, dan dua singkong. Lumayan terjangkau juga ternyata, ya.
Usai membayar belanjaan saya dan mengucapkan terima kasih atas bonus singkongnya, saya pun lanjut pulang ke rumah kakak. Di perjalanan pulang, saya jadi teringat kalau beberapa makanan ini dulunya ialah makanan favorit almarhum Bapak dan juga almarhumah Ibu. Jika keduanya masih ada, pasti akan merasa senang sekali kalau saya belikan makanan-makanan ini. "Iya kan, Pak, Bu? :)"
6 Comments
Ini sih makanan sehat, soalnya serba rebusan.. Saya sukanya kalo ada jagung rebus dan kacang rebus.. Suka kalap kalo ketemu jajanan gini 😁
BalasHapuswah mantap itu mbak, apalagi kalau makannya anget-anget pas lagi hujan, makin mantap ya, hehe
Hapusahh saya suka jagung rebus dan singkong rebus yang setengah keras dan tidak mempur /agak kenyal setengah matang 🤣🤣
BalasHapuswah saya malah belum pernah nyoba singkong rebus yang setengah keras & tidak mempur, tapi kayaknya enak juga ya :D
HapusSamaan mas, orang tuaku juga suka Singkong dan ubi kukus. Biasanya mereka makan di pagi hari sambil nontonin berita.
BalasHapusBtw, aku ngebiasain nyimpen nomor WA pedagang kayak gini. Soalnya lumayan euy markup harganya, kalo pesen lewat aplikasi macem gojek & grab. Jadi mending pesen by WA aja harganya lebih cincay.
usia skr, aku juga lebih suka yg kukus2 begini mas, drpd yg goreng ;p.. udh mengurangi bangetttt... dan ternyata setelah dinikmati, singkong, ubi, kentang yg dikukus sama enaknya kok ama yg digoreng ;)
BalasHapusPosting Komentar