NgeShare - Momong

by - 1/19/2024

Foto Caca melihat burung-burung di halaman rumah dari balik jendela.

Kenalkan namanya Caca (bukan nama aslinya, karena aslinya nggak mau saya kasih tahu, hehe...), bocil gemoy nan lucu menggemaskan yang baru sekitar 3 bulan ini lancar berjalan. Ia adalah keponakan perempuan saya yang pertama, anak pertama juga barangkali akan jadi satu-satunya anak dari kakak perempuan saya dan suaminya. Ya soalnya satu aja sudah cukup, katanya. Tapi entahlah kalau tiba-tiba nanti malah nambah punya adik, haha…

Ngomong-ngomong soal Caca, kiranya hampir 5 bulan ini saya menjaga sekaligus mengasuhnya alias momong dia. Sedari mulai pagi hingga sore hari, sebelum akhirnya ia kembali diasuh oleh ibunya. Ya pasalnya sedari pagi hingga sore, ibunya harus bekerja, sedangkan ayahnya harus bekerja di luar kota. Jadi, daripada Cacanya ditinggal sendiri di rumah dan mumpung saya juga masih nganggur selagi menunggu panggilan kerja, alhasil saya memutuskan untuk sementara waktu memomongnya. Ya, memomongnya, sembari kakak saya yang masih mencari pengasuh atau opsi lain yang bisa membuat Caca tetap dalam kondisi baik ketika ditinggal bekerja.

Mulai dari memandikannya, menyuapinya, mengganti popoknya, hingga mengajaknya bermain. Itu semua saya lakukan. Ya, itung-itung selain bisa menjadi kesibukan, saya bisa sekalian juga belajar atau istilah kerennya simulasi kalau-kalau nanti ketemu jodoh dan punya bocil sendiri. Tapi kalaupun kemungkinan terburuknya nggak ketemu jodoh, ya seenggaknya kan udah pernah ngerasain momong anak, hehe...

Yups, momong, yang pada awalnya orang-orang di sekitar saya terutama sepupu banyak yang meremehkan saya. “Apakah kamu mampu?”, begitu kira-kira yang mereka pikirkan. Saya sih maklum dan tidak menyalahkan pandangan mereka. Ya, karena selama ini mereka mengenal saya sebagai pribadi yang kurang lincah dan menengan (pendiam). Apalagi tidak begitu bisa akrab dengan anak kecil. Namun, kali ini saya patahkan pandangan itu, hehe...

Untungnya sedari Caca lahir, saya sesekali menyempatkan diri untuk sekadar membantu kakak saya dan juga bapak dalam merawat Caca. Ya, membantu, tentunya sekaligus bisa belajar bagaimana baiknya merawat anak. Dan alhamdulillah dari situ saya bisa melakukannya hingga tak terasa sudah hampir 5 bulanan ini. Ya, meskipun di sela-sela waktu momong itu kadang saya pernah merasa jengkel, terutama ketika Caca lagi rewel. Tapi mengingat kelucuannya dan juga kenangan ketika dulu dia dimomong almarhum bapak, rasa jengkel itupun menghilang seperti angin lalu. Dari sini juga saya jadi paham bagaimana repot dan kuatnya menjadi seorang ibu, terutama ibu rumah tangga. (Apresiasi setinggi-tingginya untuk ibu-ibu baik di seluruh dunia 🙏)

Sedikit bercerita, sebelum Caca dalam pengasuhan saya, almarhum bapaklah yang mengasuhnya. Sedari mulai bayi hingga berusia sekitar 1 tahun ini. Kalau ada yang barangkali bertanya kenapa nggak nyari pengasuh saja? Dulu selesai lahiran, kakak perempuan saya dan juga suaminya sebenarnya sudah berencana ingin mencari pengasuh untuk anaknya. Selain agar membuat lebih tenang ketika ditinggal bekerja juga agar tidak merepotkan bapak. Namun, mungkin karena saking sayang dan juga semangatnya bapak melihat cucu perempuan pertamanya, bapak memutuskan untuk mengasuhnya. Tentunya tidak setiap hari dan 24 jam ya, hanya ketika kakak perempuan saya bekerja.

Dari mulai mengajaknya jalan-jalan di pagi hari, memandikannya, menyuapinya makan, mengganti popoknya, hingga menidurkannya. Semua dilakukan bapak dengan begitu sabar dan telatennya. Saya jadi teringat momen satu tahun yang lalu saat Caca lahir. Kebetulan waktu itu saya masih bekerja dan WFH, jadi bisa menyaksikan momen kelahirannya.

Saya masih ingat betul waktu munculnya tanda-tanda kontraksi kakak yang sekitar jam 2 dini hari. Lalu paginya sekitar jam 6 mengantarkannya ke rumah sakit. Dan lucunya Caca baru lahir ketika ayahnya baru tiba di rumah sakit. Ya, kebetulan waktu itu ayahnya masih bekerja di luar kota, dan ketika mendapat kabar bahwa kakak saya akan melahirkan, ia langsung meminta izin untuk pulang melihat si Caca lahir.

Kelahiran si Caca pun disaksikan juga oleh bapak. Bahkan gendongan pertama setelah Caca dimandikan oleh perawat, juga bapaklah yang menggendongnya. Maklum karena baru pertama kali punya anak ya, jadi kakak ipar saya atau ayahnya masih agak khawatir kalau menggendongnya langsung.

Dulu setiap kali melihat bapak sedang memomong Caca, saya melihat bapak begitu menikmatinya. Bahkan bapak dulu pernah berkata kalau setiap kali merasa pusing, rasa pusingnya akan hilang ketika sedang mengasuh Caca. Saya jadi teringat sewaktu Caca belum lahir. Sepeninggal ibu, bapak terlihat lebih banyak diamnya. Tidak seperti biasanya yang banyak bicara dan bercanda. Dan setiap malam ketika saya sedang di rumah bapak, saya sering kali melihat bapak ketiduran di kursi panjang yang ada di depan tv dengan keadaan tv masih menyala. Padahal dulu sewaktu ibu masih ada, bapak tidak pernah sekalipun ketiduran seperti itu. Kalaupun sudah merasa ngantuk, ia akan segera mematikan tv dan lekas menuju ke kamarnya untuk tidur. Ya, barangkali bapaka merasa kesepian.

Namun, semenjak Caca lahir, bapak terlihat lebih semangat dan ceria lagi. Meskipun pada akhirnya keceriaan itu hanya berlangsung sesaat sebelum akhirnya bapak harus pergi menemui Allah dan ibu di surga.

Mengingat kenangan bapak bersama Caca itu, saya sadar bahwa Caca adalah salah satu amanah dari bapak yang harus dijaga dengan baik. Walaupun saya pun sadar bahwa itu bukan kewajiban saya. Tapi selama saya masih memiliki waktu dan juga masih mampu, saya akan berusaha untuk menjaganya dengan baik, sembari menunggu datangnya hal baik untuk saya.

*****

Teruntuk Caca, jikalau suatu saat nanti kamu sudah bisa membaca dan tak sengaja menjumpai tulisan ini, om ingin berpesan, “Baik-baik, ya di manapun berada. Semoga selalu sehat dan menjadi kebanggaan sekaligus penyejuk hati untuk ayah dan mama. Om yakin, kamu pasti akan menjadi seorang yang berhasil dalam kebaikan. Belajar yang rajin, ya. Selalu patuh dengan pesan ayah dan mamamu. Jangan lupa juga shalatnya, ya. Maaf juga kalau om kurang begitu baik ketika menjagamu. Oiya, hampir lupa, terima kasih ya sudah mengajari om banyak hal baik, terutama tentang rasa syukur dan juga sabar. Terima kasih juga untuk semua kenangan berharganya. Sehat-sehat ya, Ca.”

Foto Caca sedang bermain kardus.

Sawer


Anda suka dengan tulisan-tulisan di blog ini? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan blog ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol sawer di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

2 comments

  1. Wah punya ponakan dan belajar ngurus juga ya mas, itung-itung kalo nanti punya anak jadi ngerti dan bisa ngerasain ya mas hehehe...apalagi kalau ponakannya nggemesin kayak Caca😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, sekalian bisa simulasi wkwkw

      Hapus