“Sebaik apapun kita berusaha, bukan tidak mungkin kita akan terhindar dari kegagalan,” gumam saya dalam hati setelah selesai membaca sebuah email yang mengecewakan hari ini. Ya, email mengecewakan yang saya peroleh dari Shutterstock. Email yang baru saja menginfokan bahwa pihak Shutterstock saat ini telah menonaktifkan akun shutterstock contributor saya. Itu artinya, sekarang saya tidak bisa lagi membuka akun shutterstock contributor milik saya.
Kalau sekilas dipahami, alasan dinonaktifkannya akun saya itu karena ada salah satu foto saya yang melanggar hak cipta orang lain. Padahal jika diingat-ingat, foto yang saya unggah ke situs itu tidak pernah ada yang melanggar hak cipta. Kalaupun ada foto yang memuat karya orang lain, seperti misalnya iklan atau produk, saya selalu mengunggahnya ke dalam kategori editorial. Tapi mungkin ada ketidakjelian/ ketidaktahuan saya yang pada akhirnya membuat hal ini terjadi. Yah, namanya juga baru belajar.
Dan meskipun pada email ini ada info terkait aset yang melanggar dan juga saya diberi kesempatan untuk menyangkalnya, sayangnya info terkait aset yang melanggar tersebut tidak jelas yang mana. Saya mau ngecek juga di webnya sudah tidak bisa lagi menemukan aset yang dimaksud. Hmm..., mungkin ada di antara kawan-kawan yang pernah mengalaminya juga dan mungkin punya solusi untuk mengatasinya? Kalau ada bisa dishare di kolom komentar, ya, hehe...
Email dari Shutterstock. |
Meskipun baru menekuninya sekitar hampir 7 bulan ini dan sudah sekitar 350an aset foto yang saya unggah di sana, saya merasa kecewa. Mengingat setiap waktu yang pernah saya sempatkan untuk sekadar mengunggahnya di sana. Apalagi ketika ada satu foto yang berhasil terjual. Ya walaupun hanya dihargai $0.10. Rasa-rasanya sangat disayangkan sekali. Tapi yah namanya juga nasib. Bisa mujur, bisa juga apes.
Tapi saya rasa saya masih cukup beruntung, hanya kehilangan aset foto dan komisi yang tidak begitu banyak. Bayangkan jika kehilangan ribuan aset foto dan komisi ratusan dolar di shutterstock seperti salah satu teman dari mas Rezky Pradata (seorang microstocker yang saya ikuti di Youtube). Pasti luar biasa sedih dan kecewa rasanya, bukan?
Kalimat yang saya kutip dari https://reezkypradata.com/alasan-mengapa-akun-shutterstock-di-disable/. |
Untungnya juga saya masih punya backup aset foto yang pernah saya unggah di shutterstock. Jadi, bila tidak bisa diunggah lagi di shutterstock, setidaknya masih bisa saya unggah di platform microstock lain. Kan sayang sekali kalau tidak coba dicuankan daripada hanya tertimbun di gawai saja, hehe…
Berangkat dari kejadian ini, saya jadi teringat kata-kata seorang kawan yang pernah berkata, “Kita tidak bisa menghindari kegagalan, kita hanya bisa meminimalisir kegagalan. Kalaupun akhirnya gagal, bukankah kita masih bisa berusaha lagi setelahnya?”
Btw maaf ya jika kali ini saya bercerita tentang kekecewaan pada kegagalan yang baru saja saya alami. Bukan bermaksud ingin mendramatisasi atau juga karena ingin dikasihani. Hanya sekadar ingin bercerita. Bukankah bercerita adalah salah satu bentuk menyalurkan perasaan? Dan seperti halnya bersedih, kecewa pun merupakan hal yang lumrah. Bisa dirasa sewaktu-waktu, bukan sepanjang waktu.
Tags:
Ocehanku
tetap semangat ya kawan, Tanpa kegagalan, kita tidak akan pernah tahu sejauh mana kita bisa melangkah.
BalasHapussiap mas, terima kasih hehe
HapusGak usah sedih mas...tetep optimis,mana tau di lain tempat bisa unggah foto lagi...ini hanya permulaan, moga sukses selalu
BalasHapussiap mbak, makasih 😁
Hapusyang nama manusia itu tidak terlepas daripada kegagalan. tapi hebatnya manusia, dia mampu bangkit selepas gagal dan menjadi lebih baik selepas itu
BalasHapusbetul mbak, saatnya untuk bersemangat lagi, hehe
HapusGa papa mas. Semua orang berhak menuliskan apapun di blognya. Aku sendiri ga masalah jika temen ada yg mau curhat, Krn bisa jadi itu cara dia utk meringankan perasaan sedih.
BalasHapusGagal toh bukan berarti kalah selamanya. Manusia selalunya bisa bangkit lagi di saat terjatuh. Kegagalan cuma mengajarkan bagaimana kita ttp kuat dan bangkit setelah terjatuh
Coba unggah ke Freepik aja mas. Kayaknya di freepik juga lumayan bisa menghasilkan (kalau beruntung). Kayak studio Odua yang sampe sekarang fotonya always dipake dimana-mana.
BalasHapuswah menarik mas, saya coba pelajari dulu kalo gitu, btw makasih sarannya mas, hehe
Hapus