NgeShare - Karya Terakhir Bapak

Pada tanggal 31 Juli kemarin, saya melihat sebuah pengumuman yang baru saja dishare oleh Ketua RT di kampung saya pada Whatsapp Grup RT. Pengumuman yang setelah saya cek ternyata berisi himbauan untuk warga agar memasang bendera merah putih di depan rumah selama bulan Agustus mendatang. "Ah, iya, besok sudah bulan Agustus, ya," gumam saya dalam hati selesai membaca pengumuman itu.

NgeShare - Karya Terakhir Bapak
Pengumuman dari Ketua RT di WAG RT.

Malam harinya, dari rumah kakak (ibunya Caca), saya pun berangkat menuju ke rumah alm. Bapak. Selain untuk bersih-bersih, tentunya saya ke sana juga dengan niatan untuk memasang bendera merah putih di depan rumah alm. Bapak. Sebuah rutinitas yang saya ingat dulu tertib dilakukan oleh alm. Bapak menjelang Agustusan. Sampai di rumah alm. Bapak, seberes bersih-besih, saya pun segera mempersiapkan beberapa hal untuk memasang bendera merah putih di depan rumah. Seperti mencari bendera yang masih tersimpan rapi di dalam lemari alm. Bapak dan juga mengambil tiang bendera yang digantung pada tembok garasi rumah.

Setelah kedua hal itu sudah saya siapkan, saya pun teringat dengan salah satu benda pelengkapnya, yaitu dudukan tiang bendera. Ya, dudukan tiang bendera atau dikenal juga sebagai tempat untuk menancapkan tiang bendera. Tentunya dudukan ini saya siapkan agar nantinya tiang bendera dapat berdiri dengan sempurna.

Ngomong-ngomong soal dudukan tiang bendera ini, saya jadi teringat kalau ini adalah karya terakhir yang dibuat alm. Bapak. Seingat saya bulan Agustus tahun lalu (2023), alm. Bapak membuatnya. Berangkat dari keluh kesah dan juga ide kecil saya yang muncul selesai memasang tiang bendera di rumah beliau tahun kemarin. Keluh kesah karena kebingungan mencari tali untuk mengikat tiang bendera di pagar rumah, dan ide saya yang ingin membuat dudukan tiang bendera sendiri agar nantinya tidak perlu repot-repot lagi mengikatnya pada pagar rumah. Tentunya ide tersebut muncul bukan karena hal itu saja.

Melihat di rumah Kakak (tempat alm. Bapak tinggal saat itu) masih ada sisa pasir, beberapa ember bekas cat yang sudah kosong, dan juga sisa semen yang tidak lagi digunakan, saya pun berniat untuk membuat dudukan tiang bendera sendiri. Namun, setelah membicarakan ide itu kepada alm. Bapak, justru malah beliau yang membuatkannya. Kata alm. Bapak saat itu, “Biar Bapak buatin aja.” Mengingat keahlian alm. Bapak di dunia pertukangan yang sudah tidak diragukan lagi, saya pun manut dengan kata-kata beliau saat itu.

Oiya, sedikit cerita. Meskipun pekerjaan utama alm. Bapak bukan di bidang konstruksi bangunan ataupun pertukangan, tapi bisa dibilang beliau ini cukup ahli pada bidang itu. Keahliannya tersebut bahkan telah diakui oleh warga kampung tempat saya tinggal. Kalau ada kegiatan kerja bakti, lebih-lebih yang terkait dengan perbaikan atau pembuatan fasilitas umum di kampung, alm. Bapak yang selalu jadi andalannya.

Waktu saya masih sekolah dulu, saya pernah bertanya kepada alm. Bapak terkait asal muasal keahlian itu beliau dapat. “Dulu setelah lulus SPG (Sekolah Pendidikan Guru yang kini setara SMA/ SMK), Bapak pernah kerja jadi kuli bangunan selama setahun,” jawab alm. Bapak kala itu. Dari jawaban beliau, akhirnya saya tau bagaimana ia bisa mendapatkan keahlian itu. Keahliannya itu pun juga beliau aplikasikan pada rumah yang saya tempati sedari kecil.

Meskipun dalam pembangunannya, beliau memakai jasa tukang yang merupakan teman masa kecilnya. Tapi beliau juga turut andil dalam pembangunannya selain dari segi materi. Seperti keramik rumah yang beliau pasang sendiri selama 1 minggu. Kemudian rangka plafon rumah yang beliau buat selama kurang lebih 2 minggu. Hingga penutup selokan dekat rumah yang ia buat dan pasang sendiri untuk persiapan pernikahan Kakak perempuan saya.

NgeShare - Karya Terakhir Bapak
Penutup selokan yang dibuat dan dipasang sendiri oleh Alm. Bapak.

Ok, itulah sedikit cerita terkait keahlian tukang menukang yang dimiliki alm. Bapak. Kembali lagi ke cerita dudukan bendera. Tak perlu waktu lama, bahkan tak sampai sehari, dudukan tiang bendera yang dibuat oleh alm. Bapak akhirnya selesai. “Nah, ini udah selesai. Tinggal nunggu keringnya aja. Sekitar 3 hari kedepan baru bisa dipakai,” ucap alm. Bapak dengan puas melihat hasil karyanya yang telah selesai itu.

Selang 3 hari kemudian, dudukan tiang bendera itu sudah kering. Sore hari menjelang magrib, saya pun pulang ke rumah alm. Bapak sambil membawa dudukan bendera itu. Lalu menyimpannya di bawah meja garasi rumah. Biar mudah nyarinya kalau nanti mau dipasang tahun depan, pikir saya saat itu. Sayangnya, sekitar 1 bulan dudukan tiang bendera itu saya simpan, bapak telah dipanggil menghadap ke Yang Maha Kuasa.

Belum sempat beliau melihat salah satu karyanya digunakan. Tapi saya yakin saat saya memasang bendera di depan rumah dan menggunakan karya terakhirnya ini, dari surga sana beliau telah melihatnya dengan begitu senangnya. “Pak, lihat, dudukan benderanya sudah bisa digunakan. Terima kasih ya, Pak,” ucap saya dalam hati setelah selesai memasang bendera di depan rumah alm. Bapak.

NgeShare - Karya Terakhir Bapak
Dudukan tiang bendera buatan Alm. Bapak.