NgeShare - Melalui Duka dengan Membaca Buku
Masih dalam rangka melalui terowongan kedukaan. Petang tadi, saya baru saja selesai membaca sebuah buku. Sebuah buku yang saya rasa cukup untuk meredakan rasa duka saya. Setidaknya untuk saat ini. Buku itu berjudul Rumah Ini Tak Lagi Sama karya Urfa Qurrota Ainy. Buku yang saya rasa juga ringan untuk dibaca dan mudah dipahami.

Ah, iya, sebelumnya mohon maaf. Di sini, saya tidak akan mereview buku ini terlalu dalam. Selain karena saya tak begitu pandai dalam mereview buku, setau saya sudah banyak review menarik terkait buku ini. Dan salah satu review yang menarik, bisa kamu jumpai pada situsnya bukumojok di tautan ini. Jadi, kalau kamu ingin tahu lebih dalam mengenai  isi bukunya, bisa klik saja tautan itu, ya, hehe…

Di kesempatan kali ini, saya hanya ingin sekadar bercerita sedikit perihal perjumpaan dan makna yang saya peroleh setelah membaca buku ini. Cerita perjumpaan saya dengan buku ini berawal dari sebuah postingan di akun Instagram @bukumojok. Seperti orang gabut pada umumnya, ketika scroll-scroll beranda Instagram, postingan itu muncul. Dan tentu, itu membuat saya berhenti sejenak untuk menggerakkan jari kurus saya.

Pada postingan akun @bukumojok itu, termuat beberapa kutipan dari buku ini. Kutipan yang masih saya ingat waktu itu perihal kehilangan orang tua. Merasa bahwa kutipan itu relate dengan yang sedang saya rasakan, membuat saya penasaran dan tertarik untuk membacanya. Pada akhirnya melalui toko online bukumojok, saya meminang buku tersebut.

Perlu sekitar dua minggu saya membaca buku itu hingga selesai. Saya rasa mungkin bisa diselesaikan dalam 1 atau dua hari saja. Tapi maklum, karena beberapa rutinitas membuat saya harus sesekali menjeda kegiatan saya membaca buku itu. 

Seperti halnya buku pertama bertema ‘melalui duka’ yang sebelumnya pernah saya baca karyanya dr. Andreas, buku karya Kak Urfa ini juga menenangkan untuk dibaca. Berisi pengalaman pribadi ketika melalui duka dan juga pengingat untuk lebih memaknai hidup. Tentunya dalam buku ini juga memuat beberapa kutipan. Kutipan yang saya rasa dapat membantu proses saya dalam berdamai dengan duka.

NgeShare - Melalui Duka dengan Membaca Buku

NgeShare - Melalui Duka dengan Membaca Buku

NgeShare - Melalui Duka dengan Membaca Buku

NgeShare - Melalui Duka dengan Membaca Buku

NgeShare - Melalui Duka dengan Membaca Buku

Sederhananya, menurut saya buku ini dapat menjadi salah satu pilihan untuk menemani seseorang yang sedang berduka dan ingin berdamai dengannya. Ya, saya rasa begitu. Tapi kalaupun menurutmu tidak, ya tidak apa-apa. Selera setiap orang memang tak harus selalu sama. Dan cara setiap orang melalui dukanya pun berbeda-beda. Meskipun begitu, saya harap kamu bisa melaluinya dengan baik, seperti halnya yang sedang saya usahakan saat ini.
_____

Beberapa kutipan menarik yang saya jumpai dari buku "Rumah Ini Tak Lagi Sama":
  • "Mungkin hidup terasa tidak ada maknanya lagi setelah orang tua kita wafat. Namun, mari berpegang pada kenangan bahagia yang masih kita miliki. Jadikan itu penerang saat jiwa kita diliputi kegelapan. Barangkali dengan begitu, kita bisa melalui terowongan kedukaan yang sangat panjang ini." - hlm. VIII-IX
  • "Suatu hari nanti saya bisa merasa senang dan bahagia lagi." - hlm. 14.
  • "Tuhan paling tahu cerita yang terbaik. Cintai orang yang sudah wafat dengan mendoakannya, merawat kenangan tentangnya, meneruskan kebaikannya, dan menjaga nama baiknya. Serta, cintai orang yang masih hidup sebisa mungkin membuatnya bahagia selagi mereka masih ada." - hlm. 56.
  • "Semua yang telah kita lalui akan terasa lebih bermakna saat sudah berakhir." - hlm. 37.
  • "Hidup memang tidak lagi sama setelah kematian orang yang kita sayangi, tetapi itu bukan berarti hidup kita akan selalu sendu." - hlm. 66.
  • "Kematian akan tetap terjadi meski orang yang kita sayangi dirawat oleh dokter terbaik di rumah sakit nomor satu, atau malah tanpa mengalami penyakit apa pun." - hlm. 76.
  • "Jika suatu saat cerita hidup kita sampai ppada episode terakhir, semoga kita menutupnya dengan akhir yang indah." - hlm. 202.