“Le, tolong jagain Caca dulu, ya. Bapak mau ke pasar Legi sebentar,” ujar almarhum Bapak pada suatu hari di dua tahun yang lalu. Ya, pasar Legi. Pasar yang hanya buka di hari Legi dalam penanggalan Jawa. Dan hampir di seluruh Jawa, khususnya daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, pasar ini pasti bisa dijumpai.
Di daerah saya tinggal, yaitu Kabupaten Ngawi, pasar Legi berlokasi di sepanjang jalan depan Pasar Hewan Ngawi. Setiap kali buka, seperti pasar pada umumnya, pasar Legi di sini juga sangat ramai. Bisa dijumpai banyak pedagang yang berjualan di sini. Mulai dari pedagang makanan, tanaman, onderdil bekas, alat-alat pertanian, hingga barang elektronik bekas.
Semenjak alm. Bapak pensiun, pasar Legi menjadi tempat favoritnya untuk mencari barang-barang pendukung hobi yang sedang ditekuninya, yaitu berkebun dan berternak ayam. Kalau beliau ke pasar itu, dua barang yang selalu dibelinya adalah bibit tanaman dan bekatul untuk pakan ayam-ayamnya. Hampir setiap hari Legi, beliau akan berkunjung ke sana. Meskipun rajin ke pasar itu, tapi beliau tidak selalu membeli sesuatu, sesekali hanya sekadar cuci mata atau istilah kerennya itu “healing”.
Sayangnya setiap kali alm. Bapak pergi ke pasar Legi, saya belum sempat ikut beliau ke sana. Dulu pernah ada niatan untuk ikut, tapi karena sesuatu dan lain hal akhirnya niatan itu belum bisa terlaksana. Setiap kali ada niatan untuk ikut alm. Bapak ke pasar Legi dan tidak jadi, saya selalu kepikiran, “Ah, lain kali saja ikutnya.”
Ternyata lain kali itu tak pernah datang lagi ketika alm. Bapak telah tiada. Dan ketika alm. Bapak tiada, kenangan-kenangan tentang beliau tentunya masih saya ingat jelas, termasuk beberapa kebiasaannya. Salah satunya ialah pergi ke pasar Legi. “Besok hari Legi, ya,” ucapan alm. Bapak yang selalu saya ingat ketika beliau melihat kalender.
Sesekali ketika saya sedang merindukan beliau, saya akan mengunjungi beberapa tempat yang pernah beliau singgahi sewaktu masih hidup. Dan pasar Legi menjadi salah satu pilihan saya. Sesekali saya mengunjunginya sendiri. Tapi sering kali saya mengajak Caca ke sana, meskipun hanya sekadar lewat saja. “Ini dulu pasar yang selalu dikunjungi Mbah Kakung, Ca”, ujar saya pada Caca sambil melaju mengendarai sepeda motor.
Beberapa kali ke pasar ini, saya seringnya hanya lewat tanpa pernah membeli apa-apa. Namun, pagi tadi, untuk pertama kalinya saya membeli dua tanaman yang memang sedang saya cari. Tanaman rambutan dan juga alpukat. Dua tanaman yang membuat saya penasaran untuk bisa menanamnya.
Tiba di pasar ini, ternyata saya datang kepagian. Belum begitu banyak pedagang yang berjualan di sini. Bahkan mayoritas pedagang yang sudah datang baru mempersiapkan dagangannya. Padahal saya berangkat di rumah sekitar jam 7 pagi. Mungkin karena efek long weekend ya, jadi banyak pedagang yang baru datang agak siangan nanti.
Untungnya di sana saya bisa menjumpai salah seorang pedagang yang menjual bibit tanaman. Dan alhamdulilah pedagang tersebut menjual dua tanaman yang sedang saya cari. Berbekal uang lima puluh ribu rupiah, saya bisa membawa pulang dua tanaman itu. Untuk tanaman rambutan dan alpukat yang tingginya sekitar 1 meteran ke atas ini masing-masing harganya dua puluh lima ribu rupiah. Lumayan terjangkau, bukan?
Setelah membeli dua tanaman itu, saya pun pulang dengan perasaan puas. Tentunya saya juga tak sabar untuk segera menanamnya di rumah. Berharap semoga dua tanaman ini bisa tumbuh lestari dan berbuah lebat, seperti halnya tanaman-tanaman yang telah ditanam oleh alm. Bapak sebelumnya. Ya, semoga, aamin…
wah jadi teringat kembali ayahanda y mas,
BalasHapusbtw saya enggak cocok dengan tanaman e
ini saya nyoba nanam gandung buat kucing di pot kecil
cuman tumbuh 2 hari doang abis itu mati e
entahlah, padahal tutorialnya cuman disiram pagi sore tapi jangan sampai banjir doang, tapi ya enggak bertahan lama
dicoba lagi aja mas, gagal di percobaan pertama barangkali berhasil di percobaan kedua, hehe
HapusAlpukat lumayan tuh, 3 tahun udah bisa panen mas
BalasHapushehe, iya mas, semoga aja bisa tumbuh besar & berbuah lebat, biar bisa ngerasain makan alpukat hasil nanam sendiri
HapusSaya juga jadi teringat,
BalasHapusSewaktu kecil pergi jum'atan pakai sepeda bersama alm Bapak, saya duduk di depan karena tidak ada boncengannya di belakang. Selalu duduk di barisan paling depan di masjid dan saya sering ketiduran pas khutbah.
Atau pergi nonton sepak bola di lapangan bola bersama alm Bapak. Saya tidak pernah tertarik dengan sepak bola, cuma tertarik dengan jajanan di sana.
Kenangan yang tak pernah hilang :')
kenangan-kenangan hangat bersama alrmahum bapak ya mas, saya sendiri juga punya beberapa kenangan semacam itu bersama beliau, kalau diingat-ingat memang rasanya membuat selalu rindu, do'a terbaik untuk beliau ya mas :')
Hapus