Pada suatu malam ketika sedang menunaikan ritual sebelum tidur, yaitu scrolling beranda Youtube di gawai, saya secara kebetulan dipertemukan dengan sebuah video yang rupa-rupanya bisa membuat saya berkeinginan untuk menontonnya. Sebuah video sederhana dari channel Fiersa Besari (yang belum saya subscribe, hehe..) dengan judul “Beli Mobil Untuk Orang Tua”.


Ya, beli mobil untuk orang tua, sebuah judul yang nampaknya bagi beberapa orang terdengar seperti ingin pamer, tapi bagi beberapa orang lagi barangkali terdengar memotivasi. Dan saya sendiri ada di tengah-tengahnya saja (hehe...). Rasa-rasanya hal itu tidak perlu diperdebatkan kan ya. Jikalau suka, ya bisa disempatkan untuk menontonnya, tapi kalau tidak ya diskip saja, cari tontonan lain, mudah bukan? Jadi, kenapa harus menuliskan hal-hal buruk di kolom komentar? Lagi gabut, ya? Hehe...

Oiya, saya sendiri pada waktu itu memilih untuk menontonnya karena selain ada rasa penasaran, juga entah mengapa pada waktu itu ada perasaan rindu kepada almarhumah ibu. Barangkali kerinduan itu muncul dikarenakan thumbnail videonya yang memperlihatkan seorang Fiersa Besari sedang mencium kening ibunya. Jujur respon pertama kali melihatnya, saya seketika menjadi rindu sekali dengan almarhumah ibu. Dan setelah selesai menyaksikan video itu, sekilas saya jadi teringat tentang keinginan pada tiga tahun yang lalu.

Ya, sekadar keinginan untuk mengajak ibu pergi makan di tempat makan yang bagus dengan uang dari gaji pertama saya. Berhubung di keluarga saya juga sangat jarang sekali makan bersama di luar & terutama ibu yang selalu terlihat senang ketika diajak mengunjungi tempat-tempat baru. Pikir saya rasa hal itu akan bisa membahagiakannya, meskipun sederhana.

Sayangnya keinginan itu belum pernah bisa terwujud. Setelah saya mendapatkan pekerjaan pertama di salah satu bank plat merah dengan status internship, ibu harus dihadapkan dengan ujian berupa sakit. Sakit yang kian lama kian parah dan membuat ibu nampak tak kuat lagi menahannya. Merasa tak tega melihat kondisi ibu yang semakin melemah, membuat saya memutuskan untuk resign di enam bulan pertama dengan maksud agar bisa memiliki waktu lebih untuk merawat ibu. Ya, resign, sebuah keputusan yang awalnya saya rasa berat dan banyak orang menyayangkannya. Tapi bagi saya alangkah lebih berat bila tak bisa merawat atau menemani ibu. Barangkali rezeki bisa dicari lagi, tapi waktu untuk bisa bersama orang tua tak akan pernah bisa kembali diulangi, pikir saya waktu itu.

Namun, hari yang paling menyedihkan dalam hidup saya itu akhirnya tiba. Allah memanggil ibu untuk pulang ke rumahNya setelah sekitar satu tahun berjuang dalam sakitnya. Jujur ini berat, tapi sepertinya ikhlas adalah satu-satunya hal yang bisa membuat ibu akan lebih tenang di sisiNya dan membuat saya lebih tabah atas kepergiannya. Dan dalam proses ikhlas yang cukup lama itu, saya juga menjadi bisa menyadari bahwa untuk membahagiakan orang tua terutama ibu, tak harus menunggu waktu kita sukses atau kaya dulu. Tak harus juga memberikan suatu hal di luar kemampuan kita. Apabila kita belum bisa memberikan hal baik seperti misalnya yang telah dilakukan oleh Bung (panggilan akrab Fiersa Besari), barangkali kita masih bisa memberikan hal baik lainnya. Menyesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing. Tak mewah tak apa-apa, bisa juga dengan hal yang sederhana, seperti misalnya sekadar meluangkan waktu bersama.

Terima kasih ya sudah mau menyempatkan waktu untuk sejenak menyimak tulisan ini. Semoga sehat selalu, dan yuk semangat lagi! Bukankah masih ada senyum yang ingin selalu dilihat dan dijaga saat ini? 😊