Kenalkan namanya Shogi. Motor bebek lama nan sederhana yang dikenal banyak orang dengan nama New Suzuki Shogun 110 R. Motor bebek keluaran tahun 2000-an, yang saya masih ingat dulu bintang iklannya alm. Mamiek Prakoso dengan tagline andalannya, yaitu “Shogun dilawan?!”.

Saya sadar bahwa Shogi bukanlah motor lama yang sedang digandrungi banyak anak muda, tapi bagi saya, dia begitu berharga. Ya, berharga, sebab bersamanya, saya tumbuh dan melalui begitu banyak kenangan luar biasa yang tak bisa saya ceritakan satu persatu. Terlebih lagi, dia merupakan peninggalan alm. Bapak.

Tiap kali melihat motor ini, saya selalu teringat alm. Bapak. Pasalnya hampir seperempat abad Shogi telah setia menemani alm. Bapak dengan begitu baiknya. Saya ingat juga dulu alm. Bapak membelinya pada tahun 2001, waktu saya masih TK. Kalau dilihat di faktur pembelian yang masih disimpan rapi oleh alm. Bapak, Shogi dibeli pada tanggal 19 Oktober 2001 dengan sistem indent. Maklum, karena waktu itu stoknya di dealer belum begitu banyak. Alhasil harus menunggu sekitar 1 bulanan untuk bisa mendapatkannya.

Shogi ini juga bisa dibilang seperti anak keempatnya alm. Bapak. Yang dirawatnya dengan baik dan menemaninya pula dengan baik. Ya, meskipun sesekali Shogi rewel minta ke bengkel karena perlu diservis. Dulu sempat ada niatan alm. Bapak untuk menjualnya dan menggantinya dengan yang baru. Namun, setelah dipikir-pikir lagi, alm. Bapak mengurungkan niatan itu. Hingga tak terasa Shogi telah menemani alm. Bapak hingga purna tugasnya di tahun 2020 lalu.


Di kala alm. Bapak pensiun pun, Shogi masih setia digunakannya. Entah hanya untuk membawanya ke pasar legi membeli pakan ayam-ayam kesayangannya, atau mengantri ke bank mengambil gaji pensiunnya. Sayangnya kebersamaan Shogi dengan alm. Bapak harus terhenti di Oktober tahun lalu. Ya, Oktober, tepat saat Shogi berusia 22 tahun.

Padahal sebelum alm. Bapak meninggal, beliau pernah berkeinginan untuk membawa Shogi ke bengkel, dan juga sudah waktunya membayar pajak tahunannya. Selesai 40 hari meninggalnya alm. Bapak, keinginan itu akhirnya saya tunaikan.

Setelah tak lagi bersama alm. Bapak, Shogi kini bersama saya. Entah akan berapa lama dan sampai kapan nantinya. Yang pasti Shogi akan saya jaga sebagaimana janji saya kepada alm. Bapak dulu, “Pak, nanti motornya saya rawat, ya.”
“Sesuatu yang dijaga/ dirawat dengan baik akan menjadi kenangan yang baik di kemudian hari.”