NgeShare - Hidup Sederhana Dengan Minimalis, Decluttering, dan Slow Living

by - 3/20/2024


Tadi pagi saya memutuskan untuk menyudahi perjalanan dari satu stel pakaian ini. Satu stel pakaian yang terdiri dari satu kaos polos berwarna hijau dan satu celana kolor berwarna biru donker. Sudah bosankah? Tidak. Robek dan dedel di beberapa bagian, menjadikannya sebagai alasan. Membeli baru? Tidak juga, soalnya masih ada beberapa stel pakaian yang masih bisa digunakan. Dan saya pikir keputusan untuk membeli yang baru hanya akan saya lakukan ketika stok pakaian di lemari sudah mulai menipis saja.

Sebenarnya saya merasa eman untuk menyudahi perjalanan mereka membersamai saya. Mengingat seringnya mereka saya pakai, setidaknya bisa dua atau tiga kali dalam seminggu (hehe…). Oiya, sedikit bercerita, sejak almarhum bapak meninggal, dan saya sementara ini pindah ke rumah mbak karena harus menemaninya dan juga Caca, satu stel pakaian ini merupakan salah satu dari tiga stel pakaian yang saya bawa dari rumah alm. bapak.

Di rumah alm. bapak sendiri sebenarnya saya memiliki 10 stel pakaian yang digunakan untuk sehari-hari. Dan dari 10 stel pakaian itu ada beberapa yang saya punyai sedari jaman masih SMK (sekitar tahun 2012). Ada yang jarang dipakai juga, soalnya saking banyaknya yang tersimpan di lemari (hehe..). Namun, saya memutuskan hanya membawa tiga stel pakaian saja. Menurut saya tiga stel ini sudah cukup, tak terlalu repot usung-usung alias membawanya, apalagi menyimpannya. Toh, saya sesekali masih pulang ke rumah alm. bapak. Kalau saya bawa semua stel pakaian saya, nanti sudah pasti bingung dan repot sewaktu di rumah alm. bapak bukan?

Hanya membawa tiga stel pakaian saja di rumah mbak, tentunya hanya tiga stel pakaian ini saja yang saya pakai bergantian setiap harinya. Apa tidak bosan? Tidak, saya merasa biasa-biasa saja, yang penting nyaman digunakan. Apalagi sejak saya memutuskan untuk menjadi freelancer beberapa waktu yang lalu. Memakai kaos dan kolor saja sudah cukup, dan juga tidak perlu bingung mau pakai baju yang mana besoknya.

Walaupun di sisi lain saya juga sadar, dengan hanya tiga stel pakaian ini, saya harus lebih sering mencuci. Selesai dipakai hari ini, harus segera dicuci. Kalau nggak begitu, ya bakalan bingung besoknya. Ya masak mau pakai pakaian kotor dan bau? Tentu nggak kan? Kebersihan dan kewangian tetap harus diutamakan, hehe...

Setelah memakai tiga stel baju yang sama setiap harinya, setidaknya hampir 6 bulan ini, saya jadi teringat dengan gaya hidup minimalis. Sebuah tren gaya hidup yang sedang populer belakangan ini. Terlihat dari namanya, gaya hidup ini adalah gaya hidup sederhana dan praktis atau sederhananya hidup dengan sesuatu yang kita butuhkan saja.

Saya sendiri mengetahui gaya hidup ini setelah menonton salah satu video dari channel Youtube Asian Boss dengan judul “Meet The Most Famous Minimalist In Japan: Fumio Sasaki | EVERYDAY BOSSES #8”. Selesai menontonnya, saya jadi tertarik untuk bisa menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Rasa-rasanya simpel dan tidak begitu merepotkan. Apalagi dengan memiliki sedikit barang di rumah, tentunya tidak akan menghabiskan waktu dan tenaga untuk membersihkannya. Tapi saya rasa, saya tidak akan seekstrim seperti yang sudah dilakukan Mas Sasaki di video itu. Apalagi kalau di kemudian hari saya berkeluarga.



Untuk memulai gaya hidup minimalis sendiri, saya pikir tidak terlepas dari proses yang bernama decluttering. Ya, decluttering, yaitu proses mengurangi, mengorganisasi, dan membersihkan barang-barang yang tidak diperlukan atau tidak digunakan lagi dalam lingkungan tertentu, seperti rumah, kantor, atau ruang kerja. Sederhananya seperti bersih-bersih.

Kebetulan beberapa bulan lalu, saya baru saja membersihkan rumah alm. bapak. Sewaktu proses bersih-bersih itu, saya menjumpai ada cukup banyak barang yang sudah lama tidak digunakan dan saya rasa sudah tidak diperlukan juga. Jika tetap disimpan, tentunya di kemudian hari perlu membersihkannya lagi dan pastinya akan membutuhkan perhatian untuk merawatnya.



Cukup berat rasanya bila harus membuang beberapa barang tersebut. Tapi mau tidak mau, saya harus membuang beberapa. Memilah-milah mana yang masih layak dan tidak, yang dirasa masih dibutuhkan atau tidak dibutuhkan. Bila ada yang masih layak tapi tidak bisa saya gunakan atau butuhkan, tidak serta merta saya buang. Menyumbangkannya kepada yang membutuhkan adalah langkah terbaik untuk meneruskan kebermanfaatannya di kemudian hari. Semoga.

Selesai menjalani proses decluttering tersebut, saya jadi merasa lebih tenang dan juga lega. Barangkali perasaan itu muncul karena saya menikmati kerapian dari sedikitnya barang-barang yang telah tertata itu. Dan tentunya dengan lebih sedikitnya barang, berarti tidak perlu maintenance banyak barang lagi.

Ketika telah meyakinkan diri untuk mulai menerapkan gaya hidup minimalis dan melalui proses decluttering, saya rasa tak ada salahnya juga bila menerapkan gaya hidup slow living. Menjalani semua hal yang membuat diri menjadi lebih baik dengan menekankan pada kehidupan yang sederhana, santai, dan lebih sadar akan waktu dan lingkungan sekitar.

Saya sendiri pernah menjumpai salah satu video di youtube yang membahas tentang slow living. Barangkali kamu sudah pernah menontonnya juga.


Usai menontonnya, saya jadi sadar untuk lebih dapat memaknai dan menikmati sebuah proses. Kalau kata rombongan ibu-ibu yang naik angkot, “pelan-pelan, pak supir.”

Minimalis, decluttering, dan juga slow living, tiga hal yang menurut saya memiliki tujuan sama, yaitu menyederhanakan hidup. Selain rasa syukur yang menjadi kunci paling utama, saya rasa ketiga hal itu bisa juga menjadi jalan untuk mengantarkan saya pada kebahagiaan hidup yang ingin saya tuju - - “hidup sederhana”.
Hidup sederhana dan tumbuh semestinya. ~ @pecandubiru

Sawer


Anda suka dengan tulisan-tulisan di blog ini? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan blog ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol sawer di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

4 comments

  1. Nah iya nih..saya Minggu yg lewat juga baru bersih"lemari baju, milih"mana yg kira"masih di pakai atau udah gak layak pakai,dari pada menuhin isi lemari,saya juga paling gak demen kalo acak"an..kalo soal hemat, ya di bilang hemat banget sih enggak ya..tapi kalo kategori boros ya enggak juga, tapi emang demen aja yg serba minimalis, sekarang juga udah mulai belajar buat hidup minimalis,walau gak saklek amat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah sama kalo gitu mbak, paling nggak tahan kalo ngeliat sesuatu berantakan apalagi kalo itu di rumah, ya bertahap ya mbak, semoga bisa selalu istiqomah untuk hidup minimalis dan sederhana :)

      Hapus
  2. Wah satu stel pakaian yg penuh makna ya mas... 😁
    Saya jg sama mas terkadang suka eman pd beberapa pakaian. Hingga memakainya sampe bnr2 robek baru menggantinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, udah lama membersamai soalnya :D
      yak betul, biar bisa irit juga, hehe

      Hapus