Kita ketahui bersama kalau fitur status sudah cukup lama ada pada aplikasi Whatsapp. Sama seperti halnya fitur story yang ada di aplikasi Instagram, memungkinkan penggunanya dapat membagikan kegiatan, informasi, atau bahkan curahan hatinya dalam bentuk foto, video, dan juga tulisan.
Bicara soal fitur status di aplikasi Whatsapp, sebagai salah satu penggunanya saya kebetulan baru saja melihat status salah seorang tetangga yang kontaknya saya simpan dua bulan lalu. Status yang diunggah dalam bentuk foto yang menunjukkan kegiatannya sewaktu berziarah ke makam alm. suaminya. Seusai melihat status itu, saya jadi teringat, “Oh, iya, sebentar lagi bulan ramadhan, ya.”
Sontak saya pun jadi teringat juga pada salah satu kegiatan rutin yang saya lakukan setiap menjelang bulan ramadhan, yaitu ziarah ke makam leluhur atau di daerah saya tinggal dikenal dengan istilah nyekar. Mengunjungi, membersihkan, sekaligus mendoakan arwah leluhur di makamnya, merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat di daerah saya tinggal. Bahkan kegiatan ini pun juga dianjurkan dalam keyakinan saya.
Kegiatan nyekar yang rutin saya lakukan menjelang bulan ramadhan ini sebenarnya tidak lepas dari campur tangan alm. Bapak. Sebelum mengenal kegiatan ini, setiap menjelang bulan ramadhan, saya sering mendengar alm. Bapak meminta untuk dibelikan bunga ke almh. Ibu ketika almh. Ibu hendak pergi ke pasar. Dan ketika saya tanya alm. Bapak terkait untuk apa membeli bunga tersebut, jawabnya ialah untuk nyekar.
Lambat laun, saya mulai penasaran dengan kegiatan itu. terlebih lagi saya penasaran dengan makam leluhur saya, seperti makam alm. Kakek dan juga makam almh. Nenek. Pasalnya, saya sudah sangat lama tidak melihat atau mengunjungi makamnya. Pada akhirnya saya mulai mengikuti alm. Bapak ketika beliau akan nyekar.
Kegiatan nyekar yang awalnya tidak saya ketahui, kini tiap tahun selalu saya upayakan. Terlebih sewaktu almh. Ibu meninggal. Setiap menjelang bulan ramadhan, saya selalu menyempatkan diri untuk bertanya kepada alm. Bapak terkait kapan beliau akan nyekar. Ya, kalau tahu rencana beliau akan nyekar kan kesananya bisa bareng, hehe…
Dan setiap kali pergi nyekar, saya dan juga alm. Bapak pergi ke kompleks pemakaman yang kami tuju dengan menaiki sepeda. Jarak antara rumah dengan kompleks pemakaman yang tak begitu jauh, menjadikan sepeda sebagai alternatif saya dan juga alm. Bapak untuk pergi ke sana. Itung-itung bisa sekalian olahraga, hehe…
Oiya, sekadar informasi, kalau kompleks pemakaman yang kami kunjungi tiap tahun untuk nyekar ini merupakan lokasi dimakamkannya alm. Kakek, almh. Nenek, alm. Pakdhe, almh. Tante, almh. Kakak, serta almh. Ibu. Jadi, bisa dibilang hampir semua keluarga besar saya yang sudah meninggal dimakamkan di kompleks pemakaman ini. Termasuk alm. Bapak yang dimakamkan bersebelahan dengan makam almh. Ibu.
Kompleks pemakaman yang saya kunjungi. |
Berangkat dari kenangan dan juga status Whatsapp tetangga saya itu, tadi pagi saya memutuskan untuk nyekar. Meskipun nuansanya terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, saya tetap berusaha untuk menunaikannya. Bila nyekar di tahun-tahun sebelumnya, saya masih ditemani alm. Bapak, nyekar tahun ini saya ditemani rindu dan juga do’a.
Selesai nyekar, saya tak langsung pergi dari kompleks pemakaman. Sekitar 10 hingga 20 menit, saya biasanya menyempatkan diri untuk sekadar duduk-duduk di dekat makam alm. Bapak sambil menikmati suasana makam yang saya rasa sangat menenangkan. Mungkin terlihat aneh ya, tapi menurut saya ini sesuatu yang perlu saya lakukan. Selain dapat mengingatkan diri terhadap kematian, juga sesekali memunculkan pertanyaan dalam benak saya.
Pertanyaan tentang apakah nantinya saya juga akan dimakamkan di pemakaman ini ketika meninggal. Dan juga pertanyaan tentang apakah nantinya ada yang mau mengunjungi makam saya. Untuk pertanyaan pertama, mungkin saya nanti masih bisa berpesan ke orang terdekat. Sedangkan untuk pertanyaan yang kedua, ini hal yang tak bisa saya rencanakan atau perkirakan tentunya. Tapi mau bagaimanapun nantinya, saya hanya bisa berharap semoga segalanya bisa berjalan atau berakhir dengan sebaik-baiknya. Amin.
Makam alm. kakek, alm. pakdhe, almh. tante, almh. kakak, almh. ibu, alm. bapak, dan almh. nenek. |
Tags:
Ocehanku
Iya mas...agak beda rasanya ramadhan dua tahun kebelakang ini, karena yang tetua sudah pada berpulang...kalau berkunjung ke makam memang yang di ingat ya kapan giliran kita, seperti apa dan bagaimana... hanya sepotong kain putih yg di bawa... alfatihah buat orang'yang telah mendahului kita.
BalasHapusiya mbak, tiap ramadhan rasanya selalu berbeda, yah namanya juga waktu, selalu ada perubahan sewaktu melaluinya, betul mbak, alfatihah untuk orang-orang yang telah berpulang
HapusNyekar ini memang sudah jadi tradisi tersendiri mas. Di keluarga juga gitu. Rutin ke makam ketika jumat kliwon, sebelum puasa dan akhir bulan ramadan.
BalasHapusbetul mas, sudah menjadi tradisi yang lama dijalani dan masih melekat di masyarakat saat ini
HapusAku dan suami punya kebiasaan beda soal nyekar atau ziarah. Kalo di keluarga dia, memang rutin nyekar. Bahkan terkadang tiap bulan.
BalasHapusTapi kalo di keluargaku bisa dibilang ga pernah mas. Papa mama jga jarang datang ke kubur kluarga. Alasannya, mendoakan orang yg sudah meninggal bisa dilakukan dr mana aja. Ga harus dikuburkannya. Makanya papa ngebiasain kami utk berdoa buat kakek nenek, dan nanti utk orangtua juga stiap habis sholat . Yg mana ini bisa dibilang jrg dilakuin suami 🤭😁.
Jadi buatku ada plus minus masing2. Mungkin Krn terbiasa Ama didikan papa, ya aku ga anggab nyekar itu penting, tapiii Krn suami rutin, ya mau ga mau aku ikut. Ntr dikira ga hormat 😄
Tapi aku LBH ke mendoakan mereka tiap hari selesai sholat. Drpd hrs nyekar.
iya mbak, memang tergantung dari kebiasaan dan juga keyakinan masing-masing, perkara nyekar atau tidaknya yang utama ialah mendo'akannya ya :)
Hapustapi kalau saya nyekar selain dengan tujuan mendoakan juga itung-itung sekalian bersih-bersih makamnya mbak, maklum jarang ada yang membersihkannya :')